Kerjasama antara Mikrofilamen, Mikrotubulus & Fiilamen Intermediat dalam Sitoskeleton

>> Selasa, 20 Maret 2012


SOAL:  Bagaimana kerjasama antara mikrofilamen,mikrotubulus dan filamen intermediat dalam siteskeleton?

Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun sitoplasma eukariota. Jaring-jaring ini terdiri dari tiga tipe dasar, yaitu mikrofilamen, mikrotubulus (jamak: mikrotubuli), dan intermediat filamen. Ketiga filamen ini terhubung satu sama lain dan saling berkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di permukaan.

Tiga jenis serabut yang membentuk sitoskeleton:
1. Mikrotubula
Mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin dan bersifat lebih kokoh dari aktin. Mikrotubula memiliki dua ujung yaitu ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubula, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubula untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel. Fungsi mikrotubula, yaitu:
a. Memberi bentuk dan mendukung sel.
b. Mengatur posisi organel di dalam sel.
c. Sebagai jalur yang dapat digunakan organel yang dilengkapi dengan molekul motor untuk dapat bergerak.
d. Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel.
Mikrotubula berguna dalam pembentukan sentriol, flagela dan silia
2. Mikrofilamen atau filamen aktin
Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis, terdiri dari protein yang disebut aktin (suatu protein globular) dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berdiameter antara 5-6 nm. Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel k. dan peroksisom (Badan Mikro). Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).
Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel, khususnya sebagai alat kontraksi sel otot. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di sepanjang sel otot, yang diselilingi dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari protein disebut miosin. Kontraksi sel otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin saling meluncur melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya. Kedua jenis protein ini berperan untuk pergerakan, misalnya aliran sitoplasma pada sel tumbuhan (siklosis), dan gerak amoeboid pada Protozoa.
3. filament Intermediat
Filamen intermediat, dinamai berdasarkan diameternya yaitu 8-12 nm, berbentuk pembuluh, tersusun atas 4-5 protofilamen yang tersusun melingkar, bersifat liat, stabil, dan tersusun atas protein fibrosa. Sebagaian besar filamen intermediat berfungsi untuk menyokong sel dan inti sel. Letak filamen ini biasanya terpusat disekitar inti. Pada sel epitel, filamen intermediat membentuk anyaman yang berfungsi untuk menahan tekanan dari luar. Contoh filamen intermediat antara lain adalah kertin, vimentin, neurofilamen, lamina nuklear, dan keratin.
Filamen intermediat ialah peralatan sel yang lebih permanen daripada mikrofilamen dan mikrotubula, yang sering dibongkar-pasang dalam berbagai macam bagian sel. Filamen intermediat memberi kekuatan mekanis pada sel sehingga sel tahan terhadap tekanan dan peregangan yang terjadi pada dinding sel. Filamen ini juga memberi kekuatan pada dinding sel. Misalnya, nukleus yang umumnya terletak dalam suatu tempat yang terbuat dari filamen intermediat, tetap berada di tempatnya karena adanya cabang-cabang filamen yang membentang ke dalam sitoplasma.
Pembentukan filamen intermediat juga didasarkan pada polimerisasi filamen. Dua monomer filamen bergabung membentuk struktur coil. Dimer ini akan bergabung dengan dimer lainnya membentuk tetramer, tetapi posisinya saling tidak paralel. Ketidakparalelan ini membuat tetramer dapat berasosiasi dengan tetramer lain (mirip struktur penyusunan batu bata). Pada akhirnya, tetramer-tetramer bergabung membentuk sebuah array heliks.
 Adapun  hubungan dari mikrofilamen,mikrotubula dan filamen intermediat yaitu:
1. Memberikan kekuatan mekanik pada sel dan mempertahankan bentuknya.
2. Menjadi kerangka sel.
3. Membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian yang lain.
4. Pengaturan aktivitas biokimia dalam sel.

SUMBER:
Campbell, N.A, dkk. 2002. Biology, Fifth Edition Jilid I . Erlangga. Jakarta
http://biologi.blogsome.com/2007/06/18/sitoskeleton-2/
http://biologikuasyik.blogspot.com/2009/07/sitoskeleton.html

0 komentar:

About this Blog

Seguidores

Blog Archive

    © Summervina. Friends Forever Template by Emporium Digital 2009

Back to TOP