Tugas Resume Perkembangan Peserta Didik

>> Selasa, 20 Maret 2012


BAB VIII
PERKEMBANGAN HUBUNGAN SOSIAL

A.     PENGERTIAN HUBUNGAN SOSIAL

·           Kemampuan hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya.
·           Hubungan sosial dapat diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya dan bagaimanakah pengaruh hubungan itu terhadap dirinya.

B.     PENGARUH HUBUNGAN SOSIAL TERHADAP TINGKAH LAKU
·           Hubungan sosial individu dimulai sejak individu itu berada dilingkungan rumah bersama keluarganya.
·           Seorang ahli psikoanalisis, Sigmund Freud menegaskan bahwa sentuhan lembut, kehangatan dekapan gendongan dan degupan jantung ibu ketika menyusui anak bayinya dirasakan seorang bayi dalam alam psikologisnya sebagai pernyataan kasih sayang, pengakuan, perasaan diterima, dan perlindungan yang luar biasa yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa anak kelak, termasuk kemampuan hubungan sosialnya.
·           Pada bulan kedua, bayi mulai mengenal muka orang disekitarnya dan mulai tersenyum sebagai suatu cara menyatakan perasaan senangnya.
·           Bulan keenam, bayi mulai mengenal orang-orang di sekitarnya dan membedakan dengan orang-orang asing baginya.
·           Setelah berumur tujuh bulan, bayi mulai aktif mengadakan kontak dengan orang lain yaitu dengan menunjukkan kemampuan sederhana, miasalnya : berteriak menangis minta digendong. Selain itu mulai memperhatikan apa yang dikerjakan oleh orang disekitarnya.
·           Pada bulan kesepuluh, bayi mulai bisa bicara dengan ibunya dengan bahasa yang sangat sederhana.
·           Perkembangan hubungan sosial anak semakin berkembang ketika anak mulai memasuki masa prasekolah, kira-kira umur 18 bulan.
·           Jean Piaget mengatakan bahwa permulaan kerjasama fan konformisme sosial semakin bertambah pada saat anak mencapai usia 7-10 tahun dan mencapai puncak kurva pada saat anak berada diantara umur 9-15 tahun.
·           Konformisme semakin bertambah dengan bertambahnya usia sampai permulaan remaja, dan setelah itu mengalami penurunan kembali yang disebabkan sudah semakin berkembangnya keinginan mencari dan menemukan jati dirinya pada remaja.

C.     PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL REMAJA
·           Thibaut dan Kelley (1999) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain.
·           Chaplin (1979) mendefinisikan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami dimana individu –individu saling mempengaruhi satu sama lain secara serempak.
·           Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian dimana suatu aktivitas atau sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
·           Shaw (1996) mendefinisikan bahwa  interaksi adalah suatu pertukaran antarpribadi dimana masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadirran mereka, dan masing-masing perilaku itu mempengaruhi satu sama lain.
·           Dari semua pengertian dapat disimpulkan bahwa interaksi merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif.


D.     JENIS-JENIS INTERAKSI

·           Antara interaksi dan komunikasi antar pribadi saling berkaitan satu sama lain.
·           Berdasarkan kaitannya dengan komunikasi antar individu, interaksi dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: Interaksi verbal, Interaksi fisik, dan Interaksi emosional.
·           Interaksi Verbal adalah interaksi yang terjadi bila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat arrtikulasi atau pembicaraan.
·           Interaksi Fisik adalah interaksi yang terjadi manakal dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh.
·           Interaksi Emosional adalah interaksi yang terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan.
·           Berdasarkan banyaknya individu yang terlibat dalam proses interaksi serta pola interaksi tersebut maka terdapat 2 jenis interaksi yaitu Interaksi dyadic dan Interaksi tryadic.
·           Interaksi dyadic terjadi manakala hanya ada dua orang yang terlibat didalamnya atau lebih dari dua orang tetapi arah interaksinya hanya terjadi dalam dua arah. Contoh: Interaksi antara percakapan dua orang lewat telepon.
·           Interaksi tryadic terjadi manakala individu yang  terlibat didalamnya lebih dari dua orang dan pola interaksi menyebar kesemua individu yang terlibat. Misal: Interaksi antara ayah, ibu, dan anak jika interaksinya terjadi pada mereka semuanya.


E.     POLA INTERAKSI REMAJA-ORANG TUA
·           Jersild,  dan Brook (1998) mengatakan bahwa interaksi antara remaja dengan orang tua dapat digambarkan sebagai “three-act-drama” (drama-tiga-tindakan).
·           Drama tindakan pertama, interaksi remaja dengan orang tua berlangsung sebagaimana yang terjadi antara masa anak-anak dengan orang tua.
·           Drama tindakan kedua, disebut juga istilah “perjuangan untuk emansipasi” dimana remaja masa ini memiliki perjuangan kuat untuk membebaskan diri dari ketergantungan dengan orang tua.
·      Drama tindakan ketiga, remaja sudah berusaha untuk dapat menempatkan dirinya untuk berteman dengan orang dewasa dan berinteraksi secara lancar dengan mereka.
·           Suatu interaksi berkualitas jika mampu memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang dimiliki dirinya.
·           Interaksi remaja-orang tua adalah hubungan timbal balik secara aktif antara remaja dengan orang tuanya yang terwujud dalam kualitas hubungan yang memungkinkan remaja untuk mengembangkan potensi dirinya.

F.      PERSEPSI TENTANG INTERAKSI REMAJA-ORANG TUA
·           Berkaitan denga kualitas interaksi remaja-orang tua, dapat dikemukakan konsep yang didalamnya meliputi sejumlah aspek dan masing-masing aspek mengandung sejumlah indikator, yaitu:
1.         Persepsi remaja mengenai partisipasi dan keterlibatan dirinya dalam keluarga.
2.         Persepsi remaja mengenai keterbukaan sikap oang tua.
3.         Persepsi remaja mengenai kebebasan dirinya untuk melakukan eksplorasi lingkungan.

G.    KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
·           Ada sejumlah karakteristik menonjol dari perkembangan sosial remaja :
Ø Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan.
Ø Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial.
Ø Meningkatnya kesadaran akan lawan jenis.
Ø Mulai tampak kecenderungan mereka memilih karir tertentu.


H.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HUBUNGAN SOSIAL
·           Lingkungan keluarga
Iklim kehidupan keluarga itu mengandung tiga unsur:
(a)   Karakteristik khas internal keluarga yang berbeda dari keluarga lainnya
(b)   Karakteristik khas itu dapat mempengaruhi perilaku individu dalam keluarga itu (termasuk remajanya)
(c)    Unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu dalam keluarga tersebut

Gardner (1983) dalam penelitiannya menemukan bahwa interaksi antaranggota keluarga yang tidak harmonis merupakan suatu korelat atau faktor yang potensial menjadi penghambat perkembangan hubungan sosial remaja.
·           Lingkungan sekolah
Ada 4 tahap proses pengembangan hubungan sosial yang harus dilalui oleh anak, yaitu:
(a)    Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain, menghargai dan menghormati hak orang lain.
(b)   Anak dituntut untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok.
(c)    Anak dituntut untuk lebih dewasa didalam melakukan interaksi sosial berdasarkan azas saling memberi dan menerima.
(d)   Anak dituntut untuk bisa saling memberi dan menerima dengan orang lain.
·           Lingkungan masyarakat
Kurangnya keteladanan sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja diperkuat oleh pendapat Soetjipto Wirosardjono (1991) yang mengatakan bahwa: “Bentuk-bentuk perilaku sosial itu merupakan hasil tiruan dan adaptasi dari pengaruh kenyataan sosial yang ada. Kebudayaan kita menyimpan potensi melegitimasi anggota masyarakat untuk menampilkan perilaku sosial yang kurang baik dengan berbagai dalih, yang syah maupun yang tak terelakkan”. Dengan demikian, iklim kehidupan masyarakat memberikan sumbangan penting bagi variasi perkembangan hubungan sosial remaja.

I.       PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL
·           Perbedaan lingkungan dapat mempengaruhi perbedaan sikap dasar hubungan sosial remaja. Secara psikologis, sikap ini dapat dipelajari melalui 3 cara, yaitu:
1)      Meniru orang yang lebih berprestasi dalam bidang tertentu.
2)      Mengkombinasikan pengalaman.
3)      Menghayati pengalaman emosional khusus secara mendalam.

J.      UPAYA PENGEMBANGAN HUBUNGAN SOSIAL REMAJA DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN
·           Dalam konteks pembimbingan orang tua terhadap remaja, ada 3 jenis pola asuh yang dapat diterapkan oleh orang tua, yaitu:
(a)    Pola asuh bina kasih (induction)
(b)   Pola asuh unjuk kasih (power assertion)
(c)    Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
·           Pola asuh bina kasih adalah perlakuan yang diterapkan orrang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa membeikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil bagi anaknya.
·           Pola asuh unjuk kuasa adalah perlakuan yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun sebenarnya anak tidak dapat meneimanya.
·           Pola asuh lepas kasih adalah perlakuan yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala.
·           Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan sosial, pola asuh yang disarankan untuk diterapkan adalah pola asuh bina kasih (induction).
·           Untuk dapat membantu perkembangan kepribadian peserta didik secara maksimal, termasuk didalamnya perkembangan hubungan sosial, ada 5 kompetensi yang seharusnya dipenuhi oleh seorang guru yaitu:
(a)    Kompetensi pribadi (personal competency)
(b)   Kompetensi profesional (professional competency)
(c)    Kompetensi sosial (social competency)
(d)   Kompetensi moral (morality competency)
(e)    Kompetensi formal (formal competency)
(f)    Kompetensi religius (religiousity competency)
·           Dengan kompetensi pribadi mengandung makna bahwa seorang guru harus memiliki integritas pribadi yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai suatu kepribadian yang utuh sehingga dapat diteladani oleh siswa yang sedang berada dalam fase remaja.
·           Dengan kompetensi sosial, seorang mampu melakukan interaksi atau hubungan sosial secara menyenangkan, hangat, terbuka, tulus, empati, dan penuh penghargaanterhadap siswanya yang tengah berada pada fase remaja.
·           Dengan kompetensi moral mengandung makna bahwa seorang guru bukan hanya dapat mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk, melainkan sanggup berbuat menurut norma-norma kesusilaan sehingga guru dapat menjadi “model norma” bagi siswanya yang sedang remaja.
·           Dengan kompetensi religius mengandung makna bahwa seorang guru harus menganut agama yang diyakini dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya yang sedang berada pada masa remaja.
·           Jadi, kompetensi pribadi, sosial, moral dan religius merupakan kompetensi yang sangat penting untuk membantu perkembangan hubungan sosial remaja disekolah.


BAB IX
PEKEMBANGAN KEMANDIRIAN

A.     PENTINGNYA KEMANDIRIAN BAGI PESERTA DIDIK
·           Ikhtiar mempersiapkan remaja menghadapi masa depan yang serba kompleks, salah satunya, dengan mengembangkan kemandirian.
·           Ada sejumlah gejala negatif yang tampak menjauhkan individu dari kemandirian, antara lain:
1)      Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan bukan karena niat sendiri yang ikhlas.
2)      Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup.
3)      Sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan mengorbankan prinsip.

B.     PENGERTIAN KEMANDIRIAN
·           Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri.
·           Emil Durkheim melihat makna dan perkembangan kemandirian dari sudut pandang yang berpusat pada masyarakat, yang dikenal dengan pandangan konformistik.
·           Durkheim berpendapat bahwa kemandirian itu tumbuh dan berkembang karena adanya 2 faktor yang merupakan elemen prasyarat bagi kemandirian, yaitu:
(a)   Adanya disiplin yaitu adanya aturan yang bertindak dan otoritas.
(b)   Adanya komitmen terhadap kelompok.
·           Kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan otoritas melainkan suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia yang menurut Erick Fromm perilaku ini disebut sebagai hakikat humanistik.
·           Proses perkembangan manusia harus dipandang sebagai”proses interaksional dinamis”.
·           Interaksional mengandung makna bahwa kemandirian berkembang melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan kebersamaan, bukan dalam kevakuman.
·           Dalam konteks kesamaan dan kebersamaan ini, Abrahaman H. Maslow (1971) membedakan kemandirian menjadi 2, yaitu:
(a)   Kemandirian aman (secure autonomy)
(b)   Kemandirian tak aman (insecure autonomy)
·           Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggungjawab bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan.
·           Kemandirian tak aman adalah kekuatan kepibadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia.
·           Perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normatif, yang mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah.
·           Interaksi dan dinamika pekembangan kemandirian manusia menuju tahapan integrasi dapat digambarkan dengan 5 karakteristik inheren dan esensial yang saling berkaitan dalam kehidupan, yaitu:
(a)   Kedirian
Kedirian ini menunjukkan pengukuhan bahwa diinya berbeda dari orang lain.
(b)   Komunikasi
Kedirian manusia itu tidak pernah berlangsung dalam kemenyendirian melainkan dalam komunikasinya dengan lingkungan fisik, lingkungan sosial, diri sendiri, maupun Tuhan.
(c)    Keterarahan
Komunikasi manusia dalam berbagai pihak itu menunjukkan adanya keterarahan dalam diri manusia yang menyatakan bahwa hidupnya bertujuan.
(d)   Dinamika
Proses perwujudan dan pencapaian tujuan manusia memerlukan adanya dinamika yang menyatakan bahwa manusia memiliki pikiran, kemampuan dan kemauan sendiri untuk berbuat dan berkreasi, dan tidak menjadi objek yang dipolakan atau digerakkan oleh orang lain.
(e)    Sistem nilai
Keempat karakteristik diatas muncul secara terintegrasi dalam keterpautannya dengan sistem nilai sebagai elemen inti dari cara dan tujuan hidup.
·           Kemandirian yang terintegrasi dan sehat dapat dicapai melalui poses peragaman, perkembangan, dan ekspresi sistem kepribadian sampai pada tingkatan yang tertinggi.

C.     TINGKATAN DAN KARAKTERISTIK KEMANDIRIAN
·           Lovinger mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut:
1)   Tingkatan pertama, adalah tingkatan impulsif dan melindungi diri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a)   Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b)   Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik.
c)    Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu (stereo-type)
d)   Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”.
e)    Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
2)   Tingkatan kedua, adalah tingkatan konformistik. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a)   Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
b)   Cenderung berpikir stereotype dan klise.
c)    Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.
d)   Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
e)    Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
f)     Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
g)   Takut tidak diterima kelompok.
h)   Tidak sensitif terhadap keindividualan.
i)     Merasa berdosa jika melanggar aturan.
3)   Tingkata ketiga, adalah tingkatan sadar diri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a)   Mampu berpikir alternatif.
b)   Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
c)    Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
d)   Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
e)    Memikirkan cara hidup.
f)     Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
4)   Tingkatan keempat, adalah tingkatan seksama (conscientious). Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a)   Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
b)   Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
c)    Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri maupun orang lain.
d)   Sadar akan tanggung jawab.
e)    Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
f)     Peduli akan hubungan mutualistik.
g)   Memiliki tujuan jangka panjang.
h)   Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.
i)     Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
5)   Tingkatan kelima, adalah tingkat individualistik. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a)   Peningkatan kesadaran individualitas.
b)   Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan.
c)    Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
d)   Mengenal eksistensi perbedaan individual.
e)    Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.
f)     Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g)   Mengenal kompleksitas diri.
h)   Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
6)   Tingkatan keenam, adalah tingkatan mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a)   Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
b)   Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
c)    Peduli terhadap faham-faham abstrak, seperti keadilan sosial.
d)   Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.
e)    Toleran terhadap ambiguitas.
f)     Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment)
g)   Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.
h)   Respek terhadap kemandirian orang lain.
i)     Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
j)     Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.

7)   Faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja :
a)    Gen atau keturunan orang tua
b)   Pola asuh orang tua
c)    Sistem pendidikan di sekolah
d)   Sistem kehidupan masyarakat

8)   Upaya  perkembangan kemandirian remaja:

a.    Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga
b.    Penciptaan keterbukaan
c.    Penciptaan untuk mengeksplorasikan lingkungan
d.    Penerimaan positif tanpa syarat
e.    Empati terhadap remaja
f.     Penciptaan kehangatan hubungan dengan remaja































BAB X
PERKEMBANGAN BAHASA

·      Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan.
·      Fase perkembangan:
a.    Pada tahun pertama, seorang anak mampu menggunakan kata-kata tunggal.
b.    Memasuki tahun ketiga mereka sudah mampu menunjukkan pemahaman yang demikian halus .
c.    Memasuki tahun keempat,individu sudah mampu menghasilkan ucapan-ucapan yang lebih panjang
·      Peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya.
·      Para ahli psikologi mendefinisikan  perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan unsur kronologisnya.
·      Tahapan Perkembangan Bahasa:
Secara umum,perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989 )
Di bagi ke dalam empat komponen,yaitu :
Ø  Fonology (phonology)
Ø  Semantik (semantics)
Ø  Tata bahasa (grammar)
Ø  Pragmatik (pragmatics)
·      Fonology berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa.
·      Semantik merujuk pada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang di ekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
·      Grammar merujuk kepada penguasaan kosa kata yang kemudian memodifikasikannya ke dalam cara-cara yang bermakna.
·       Grammar meliputi dua aspek utama,yaitu :
1.      Sintak,aturan yang mengatur  penyusunan kata-kata .
2.      morfology,aplikasi gramatikal  yang meliputi jumlah,tenses,kasus,gender,dan berbagai makna lain dalam bahasa .
·      Prakmatik merujuk kepada sisi komunikatif  dari bahasa,berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang. Prakmatik juga meliputi pengetahuan sosiolinguistik,yaitu bagaimana suatu bahasa harus di ucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
·      Di lihat dari perkembangan umur kronologis yang di kaitkan dengan perkembangan bahasa, tahapan perkembangan bahasa dibedakan ke dalam tahap-tahap berikut :
a.    Tahap pralinguistik atau meraban ( 0,3 - 1,0 tahun )
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif.

b.    Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1,0    1,8 tahun)
Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata.
c.    Tahap kalimat dua kata ( 1,8 – 2,0 tahun )
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemingkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi  dengan menggunakan kalimat sederhana istilah “  kalimat dua kata“ yang di rangkai secara tepat.
d.    Tahap pengembangan tata bahasa awal ( 2,0 – 5,0 tahun )
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan struktur bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang di hasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak.
e.    Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan ( 5,0 – 10,0 tahun )
Pada tahap ini anak mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi.
f.     Tahap kompetensi lengkap (11,0 – dewasa )
Pada akhir masa kanak – kanak, perbendaharaan kata terus meningkat,gaya bahasa mengalami perubahan.

·      Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir
Berpikir pada dasarnya merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi atau pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya stimulus sampai dengan munculnya respons.
·      Aktivitas berpikir individu sesungguhnya di bantu dengan menggunakan simbol – simbol verbal dan hukum tata bahasa guna menggabungkan kata-kata menjadi suatu kalimat yang bermakna.
·      Berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang sling melengkapi dan terjadi dalam waktu yang relatif bersamaan.
·      Kemampuan berbahasa seseorang merupakan pencerminan dari kemampuan berpikir seseorang tersebut.
·      Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Karakteristik perkembangan bahasa remaja itu sesungguhnya di dukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget telah  mencapai tahap operasional formal.
·      Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa:
a)    Aliran nativisme
Berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang di tentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang di turunkan oleh orang tuanya.
b)   Aliran empirisme atau behaviorisme
berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang itu di tentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan di tentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya.
c)    Aliran konvergensi
Perkembangan kemampuan berbahasa seseorang merupakan konvergensi dari bawaan dan proses belajar dari lingkungannya.
·      Secara rinci faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa,yaitu :
ü  Kognisi
ü  Pola komunikasi dalam keluarga
ü  Jumlah anak atau anggota keluarga
ü  Posisi urutan kelahiran
ü  Kedwibahasaan
·      Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Bahasa
Terdapat dua pandangan,yaitu :
o  Pandangan universal ( persamaan )
o  Pandangan perbedaan individual (individual differences )
·      Dua tipe perkembangan anak dalam penguasaan bahasa:
ü  Tipe referensial
Cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar di gunakan untuk membicarakan benda-benda.
ü  Tipe ekspresif
Cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar di gunakan untuk membicarakan dirinya dan orang lain dan sekaligus untuk mengekspresikan prasaan,kebutuhan, dan kondisi sosial lainnya.
·      Upaya Pengembangan Bahasa dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Jika kemampuan berbahasa merupakan konvergensi, maka intervensi pendidikan yang di lakukan secara terencana dan sistematis menjadi amat penting. Intervensi pendidikan melalui proses belajar dalam lingkungannya dapat di upayakan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berkembanganya bahasa tersebut secara optimal.































0 komentar:

About this Blog

Seguidores

Blog Archive

    © Summervina. Friends Forever Template by Emporium Digital 2009

Back to TOP