[Laporan Praktikum Anatomi & Fisiologi Tumbuhan] TRANSPIRASI

>> Jumat, 12 Oktober 2012






ABSTRAK
Pada praktikum mengenai Transpirasi bertujuan untuk mengukur laju transpirasi pada tiga kondisi yang berbeda yakni di meja praktikum (di dalam ruangan), di depan kipas angin, dan di bawah sinar matahari. Praktikum ini menggunakan bahan berupa tumbuhan Coleus, air, dan vaselin. Sedangkan alat yang digunakan yaitu fotometer, sumbat karet berlubang, silet, dan ember kotak plastik. Dari hasil percobaan diperoleh hasil kecepatan transpirasi di meja praktikum sebesar 0,00053 mm/s, di depan kipas angin sebesar 0,00057 mm/s, dan di bawah sinar matahari sebesar 0,00067 mm/s. Jadi kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, angin, dan cahaya.
Kata kunci :Transpirasi, Coleus


A. PENDAHULUAN
a). Latar Belakang
Dari sekian banyak air yang diserap oleh tumbuhan, hanya 10% saja yang digunakannya sedangkan sisanya sebanyak 90% dikeluarkan ke lingkungan luar dalam bentuk uap air. Adapun proses pengeluaran uap air dari tumbuhan tersebut di kenal dengan sebutan transpirasi. Transpirasi ini sendiri dapat terjadi melalui stomata, kutikula maupun lentisel. Akan tetapi proses transpirasi paling banyak terjadi melalui stomata pada daun.
Transpirasi memiliki arti penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Transpirasi sendiri di pengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri.
Mengingat akan pentingnya transpirasi tersebut, maka dilakukanlah praktikum ini. Pada praktikum ini khusus mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.

b). Dasar Teori
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993).
Transpirasi dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tempatnya, yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991).
Transpirasi ialah satu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar rerambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air  melalui transpirasi melebihi  kadar  pengambilan air  tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan penanaman secara besar besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi  tumbuh tumbuhan (Devlin, 1983).
Tumbuh-tumbuhan di negara kita menerima pancaran matahari yang terik secara terus menerus sepanjang tahun. Ini karena  negara kita terletak di kawasaan yang beriklim Khatulistiwa. Oleh itu transpirasi yang dijalankan oleh tumbuh - tumbuhan mempunyai kadar yang lebih tinggi daripada tumbuh tumbuhan di kawasan iklim lain. Lantaran itu air perlu diserap dengan kadar yang tinggi juga untuk mengimbangi kehilangan air. Oleh karena itu tumbuh – tumbuhan di negara ini perlu disiram lebih sering. Jika tidak, tumbuh-tumbuhan akan layu dan mati. (Yatim,1991).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Anonim, 2009).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit (Soedirokoesoemo, 1993).
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross,1995) dan faktor luar antara lain:
  1. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
  1. Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
  1. Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
  1. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
  1. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless,1991).


c). Masalah
Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum Transpirasi antara lain mencari tahu berapa kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.



B. TUJUAN
Tujuan praktikum Transpirasi  kali ini yaitu untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.

C. MATERIAL DAN METODA
a). Waktu dan Tempat
Melaksanakan praktikum  Transpirasi ini di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN pada hari Sabtu, 5 Mei 2012 dari pukul 07.30 hingga pukul 09.30 WIB.
b). Alat dan Bahan
Praktikum ini menggunakan alat antara lain fotometer, sumbat karet berlubang, silet, dan ember kotak plastik. Sementara bahannya menggunakan tumbuhan Coleus yang kokoh, air , dan vaselin.
c). Cara Kerja
Mula-mula memilih tumbuhan Coleus dengan batang yang kokoh, kemudian memotong batang basal dan secepatnya meletakkannya dalam air. Saat masih dalam air, masukkan ujung batang Coleus ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Selanjutnya mengisi fotometer dengan air dengan cara merendam fotometer dalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air di dalamnya. Lalu kemudian menyisipkan sumbat karet ( yang telah terisi oleh Coleus ) ke dalam fotometer (masih dalam air ). Memegang dengan baik gelas fotometer saat memasukkan sumbat karet. Hati-hati jangan sampai pecah. Setelah itu mengangkat seluruh sistem fotometer dari air dan tempat pada penyokongnya. Kemudian mengolesi dengan parafin bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat karet jika diperlukan. Selanjutnya membiarkan sebentar Coleus untuk bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Lalu menempatkan ujung tabung fotometer ke dalam beaker glass. Pada saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung, maka praktikan menyiapkan pencatatan dengan menghitung jarak yang ditempuh oleh gelembung per satuan waktu. Selanjutnya mengukur kecepatan transpirasi minimal 3 kali dalam kondisi:

a. Pada meja praktikum
b. Di depan kipas angin
c. Di bawah matahari terang benderang.

Setelah pengukuran terakhir ( di bawah cahaya matahari terang ), praktikan mengolesi bagian atas lamina Coleus dengan vaselin lalu mengukurnya kembali di bawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan. Kemudian mengolesi bagian bawah lamina Coleus dengan vaselin dan mengukurnya kembali di bawah matahari terang benderang. Terakhir adalah menganalisa data yang di peroleh dan membandingkan kecepatan transpirasi diantara 3 kondisi: meja praktikum, dengan kipas angin, dan matahari terang benderang. Lalu membandingkan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin baik sebelah atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari.

D. DATA PENGAMATAN

No

Kondisi

Waktu

Kecepatan

Jarak

1.

Meja Praktikum

5 menit

0,00053 mm/s

0,16

2.

Kipas angin

5 menit

0,00057 mm/s

0,17

3.

Cahaya matahari

5 menit

0,00067 mm/s

0,20



E. PEMBAHASAN
Pada praktikum Transpirasi  ini kami menggunakan tanaman Coleus yang nantinya dimasukkan kedalam fotometer. Tanaman Coleus  ini nantinya dibiarkan sekitar 5 menit sampai proses transpirasi berlangsung yang ditunjukkan dengan gelembung yang muncul dan memasuki daerah berskala pada fotometer. Dengan mengetahui jarak yang ditempuh gelembung tersebut serta waktu yang diperlukannya untuk menempuh skala (jarak) tersebut maka kita bisa mengetahui kecepatan transpirasinya berdasarkan rumus: Rumus : v= .
Pada praktikum kali ini untuk mengukur kecepatan transpirasi dilakukan pada 3 kondisi yaitu di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan kecepatan transpirasi tanaman Coleus pada kondisi yang berbeda-beda.
Dari hasil pengamatan yang didapatkan oleh kelompok kami, pada kondisi di meja praktikum dalam waktu 5 menit gelembung yang dihasilkan tanaman Coleus menempuh jarak 0,16 mm. Berarti kecepatan transpirasi tanaman Coleus pada kondisi ini sebesar 0.00053 mm/s. Sedangkan pada kondisi di depan kipas angin gelembung menempuh jarak 0,17mm selama 5 menit (=300 s) sehingga disimpulkan bahwa kecepatan transpirasi pada kondisi ini yaitu sebesar 0.00057 mm/s. Dan untuk kondisi di bawah cahaya matahari dalam waktu 5 menit gelembung mencapai skala 0,20 mm yang berarti kecepatan pada kondisi ini yaitu 0,00067 mm/s.
Jadi berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan transpirasi berlangsung sangat cepat di bawah cahaya matahari dan berlangsung sangat lambat di meja praktikum (di dalam ruangan).
Jadi memang benar bahwa kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu baik yang berupa faktor luar maupun dalam. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata sedangkan faktor luarnya berupa kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah.
Jadi pada praktikum kali ini khusus melihat pengaruh dari faktor luar yang mempengaruhi transpirasi tersebut.
Pada kondisi di meja praktikum memiliki kecepatan transpirasi yang rendah karena tanaman berada pada suhu yang normal ( tidak ekstrim) dan juga tidak adanya angin kencang sehingga proses pembukaan stomata berlangsung lebih lama.
Pada kondisi di depan kipas angin proses transpirasi berlangsung sedikit lebih cepat dibandingkan di meja praktikum dikarenakan terjadinya pembukaan stomata yang lebih cepat akibatnya air dari dalam tumbuhan akan menguap. Namun menurut Loveless (1991) angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
Pada kondisi dibawah cahaya matahari kecepatan transpirasi tanaman berlangsung paling tinggi dikarenakan cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Dan khusus untuk daerah kita yaitu kota Pontianak yang berada di kawasan Khatulistiwa yang memiliki iklim yang lebih ekstrim, tanaman akan lebih mudah untuk mengalami transpirasi yang berlebihan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yatim (1991) yaitu tumbuh-tumbuhan di negara kita menerima pancaran matahari yang terik secara terus menerus sepanjang tahun. Ini karena  negara kita terletak di kawasaan yang beriklim Khatulistiwa. Oleh itu transpirasi yang dijalankan oleh tumbuh - tumbuhan mempunyai kadar yang lebih tinggi daripada tumbuh tumbuhan di kawasan iklim lain. Lantaran itu air perlu diserap dengan kadar yang tinggi juga untuk mengimbangi kehilangan air. Oleh karena itu tumbuh – tumbuhan di negara ini perlu disiram lebih sering. Jika tidak, tumbuh-tumbuhan akan layu dan mati.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Transpirasi maka terbukti bahwa kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar. Adapun faktor luar yang mempengaruhi kecepatan transpirasi antara lain adalah suhu, kelembaban, cahaya, dan angin. Pada hasil percobaan untuk menguji kecepatan transpirasi di 3 kondisi yaitu di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari maka diperoleh hasil bahwa kecepatan transpirasi dari rendah ke tinggi secara berturut-turut yaitu berlangsung pada kondisi di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman. http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436. ( Diakses tanggal 7 Mei 2012).
Devlin, R.M and K.H.Withan.1983.Plant Phisiology. Boston:Williard grant press.
Heddy, S.1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Loveless, P.R.1991. Principles of Biology Plants in Tropical Area. New York: Mac Millan Publishing Inc.
Salisbury, Frank B.  & Ross, Cleon W.  1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yatim,W.1991. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsio.

LAMPIRAN

No

Kondisi

Waktu

Kecepatan

Jarak

1.

Meja Praktikum

5 menit

0,00053 mm/s

0,16

2.

Kipas angin

5 menit

0,00057 mm/s

0,17

3.

Cahaya matahari

5 menit

0,00067 mm/s

0,20

Rumus : v=  


Perhitungan :
1.      Meja praktikum v==0.00053 mm/s.
2.      Kipas angin        v==0.00057 mm/s
3.      Cahaya matahari v== 0.00067 mm/s




.



0 komentar:

About this Blog

Seguidores

    © Summervina. Friends Forever Template by Emporium Digital 2009

Back to TOP