[Laporan Genetika] PENGUJIAN HIPOTESA MENDEL PADA PENYILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID TERKAIT SIFAT DOMINAN DAN INTERMEDIET

>> Selasa, 16 April 2013


PENGUJIAN HIPOTESA MENDEL PADA PENYILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID TERKAIT SIFAT DOMINAN DAN INTERMEDIET



ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara acak serta untuk melakukan pengujian lewat tes x2. Pada praktikum ini menggunakan kancing plastik yang diasumsikan sebagai gamet yang dimasukkan ke dalam amplop cokelat yang diasumsikan sebagai alat kelamin. Setelah itu dilakukan imitasi persilangan monohibrid dominan, monohibrid intermediet, dihibrid dominan, dan dihibrid intermediet untuk membuktikan nisbah Mendel. Persilangan dilakukan menurut data kelas dan individu. Hasil persilangan monohibrid dominan untuk data kelas menghasilkan fenotif merah 235 dan fenotip putih 85, persilangan monohibrid intermediet untuk data kelas menghasilkan fenotip merah 88, fenotip pink 149, dan fenotip putih 83, persilangan dihibrid dominan untuk data kelas menghasilkan fenotip merah tinggi 181, putih tinggi 58, merah pendek 61, dan putih pendek 20, serta persilangan dihibrid intermediet data kelas menghasilkan fenotip merah tinggi 19, pink tinggi 39, merah sedang, 52, pink sedang 91, putih tinggi 17, putih sedang 38, merah pendek 32, pink pendek 57 dan putih pendek15. Untuk data individu pada persilangan monohibrid dominan menghasilkan fenotip merah 7 dan fenotip putih 3, persilangan monohibrid intermediet menghasilkan fenotif merah 0, pink 7, dan putih 3, persilangan dihibrid dominan menghasilkan fenotip merah tinggi 5, merah pendek 2, putih tinggi 3 dan putih pendek 0, serta persilangan dihibrid intermediet menghasilkan fenotip merah tinggi 19, pink tinggi 39, merah sedang 52, pink sedang 91, putih tinggi 17, putih sedang 38, merah pendek 32, pink pendek 57, dan putih pendek 15. Dari percobaan diperoleh hasil semua jenis persilangan sesuai dengan nisbah Mendel setelah dianalisis dengan uji chi kuadrat

Kata Kunci:Persilangan, Monohibrid, Dihibrid, Dominan, Intermediet, Monohibrid Dominan, Monohibrid Intermediet, Dihibrid Dominan, Dihibrid Intermediet, Hukum Mendel


PENDAHULUAN

Banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikroba yang diatur oleh satu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-masing orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih (Crowder, 1990).
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yatim,1986).
Mendel dalam percobaan-percobaannya kadang dapat mengetahui bahwa ada gen-gen yang tidak dominant dan tidak resesif pula. Dengan perkataan lain gen tesebut tidak memperlihatkan sifat dominan sepenuhnya. Akibat keturunan dari perkawinan individu dengan satu sifat beda akan mempunyai sifat antara dari kedua induknya. Sifat demikian itu dinamakan Sifat Intermediet (Suryo,1996).
Individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya mempunyai alel resesif a (Crowder, 1990).
Dalam suatu percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima. Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-square (Tjan,1990).
Untuk mengevaluasi sebuah hipotesis genetik, kita memerlukan sebuah uji yang dapat mengkonversi penyimpangan-penyimpangan dari nilai-nilai yang diharapkan, menjadi probabilitas bahwa perbedaan-perbedaan terjadi akibat kebetulan. Lebih lanjut, uji itu haruslah mempertimbangkan juga ukuran sampel dan jumlah variabel (derajat kebebasan). Uji chi-kuadrat (dibaca kai-kuadrat, disimbolkan sebagai x2) melibatkan semua faktor tersebut (Elrod & Stansfield, 2002).
Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang. Rasio persilangan Heterozigot adalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh. Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak sesuai dengan teori, kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square dengan rumus sebagai berikut:
2 = ∑ (O-E)2 
    E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E= Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Didjosepoetro, 1974)


METODE
Monohibrid dominan
Kantong atau amplop berwarna cokelat yang diasumsikan sebagai alat kelamin yang sebelumnya telah diisi kancing genetika (kancing plastik) yang berukuran sama tetapi warnanya berlainan yang diasumsikan sebagai gamet digojok. Kemudian diambil satu kancing dari masing-masing kantong bertuliskan monohibrid. Pada tes monohibrid terdapat 5 kancing merah dan 5 kancing putih pada setiap kantong yang diasumsikan sebagai gamet jantan dan gamet betina. Dianggap warna merah merupakan gen M (dominan), sedangkan warna putih merupakan gen m (resesif). Dicatat gentotif dan fenotif yang terbentuk. Dilakukan 10 ulangan untuk setiap individu. Selanjutnya digabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji x2.

Monohibrid intermediet
Diulangi prosedur pada pengerjaan untuk monohibrid dominan, namun kali ini dianggap persilangan yang terjadi adalah intermediet. Jadi dari hasil persilangan Mm >< Mm akan didapatkan kemungkinan F1 berupa MM (merah), Mm (merah muda/ pink), dan mm(putih). Alel Mm (merah muda) tersebut yang dinamakan sebagai intermediat. Dicatat gentotif dan fenotif yang terbentuk. Dilakukan 10 ulangan untuk setiap individu. Selanjutnya digabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji x2.

Dihibrid dominansi penuh
Kantong atau amplop berwarna cokelat digojog. Kantong tersebut sebelumnya telah diisi kancing genetika (kancing plastik) berwarna merah (M) yang mewakili gen dominan merah dengan alelnya  kancing berwarna putih (m), dan kancing berwarna kuning (N) mewakili gen dominan tinggi dengan alelnya kancing berwarna hijau (n) yang mewakili gen resesif pendek. Dicatat genotif dan fenotif yang terbentuk. Dilakukan 10 ulangan untuk setiap individu, selanjutnya digabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji x2.

Dihibrid intermediet
Diulangi prosedur pada pengerjaan percobaan untuk monohibrid dominan, namun kali ini dianggap persilangan yang terjadi adalah intermediet. Jadi dari hasil persilangan MmNn >< MmNn akan didapatkan kemungkinan F1 berupa MMNN (merah batang tinggi), MmNN (pink batang tinggi), mmNN (putih batang tinggi), MmNn (pink batang sedang), MMNn (merah batang sedang), mmNn (putih batang sedang), Mmnn (pink batang rendah), MMnn (merah batang rendah), dan mmnn (putih batang rendah). Dicatat gentotif dan fenotif yang terbentuk. Dilakukan 10 ulangan untuk setiap individu. Selanjutnya digabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji x2.






HASIL
a). Tabel 1.  Data Kelas Monohibrid Dominan
Fenotip
Yang didapatkan
Yang diharapkan
Ratio Mendel
Merah
235
240
3
Putih
85
80
1

b)     Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Monohibrid dominan
Fenotip
O
E
O - E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah
235
240
-5
25
0,1042
Putih
85
80
5
25
0,3125





X2hitung = 0,4167

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 2 – 1 = 1
Jadi X2tabel (0.05) = 3,84. Karena X2hitung = 0,4167 < X2tabel = 3,84, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.

c)      Tabel 3. Data Kelas Monohibrid Intermediet
Fenotip
Yang didapatkan
Yang diharapkan
Ratio Mendel
Merah
88
80
1
Pink
149
160
2
Putih
83
80
1


d)     Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Monohibrid intermediet
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah
88
80
8
64
0,80
Pink
149
160
-11
121
0,76
Putih
83
80
3
9
0,11





X2hitung = 1,67

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 3 – 1 = 2.
Jadi X2tabel(0.05) = 5,99. Karena X2hitung = 1,67 < X2tabel = 5,99, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.

e)      Tabel 5. Data Dihibrid Dominansi Penuh
Fenotif
Yang didapatkan
Yang diharapkan
Ratio Mendel
Merah, Tinggi
181
180
9
Putih, Tinggi
58
60
3
Merah, Pendek
61
60
3
Putih, Pendek
20
20
1

f)       Tabel 6. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Dihibrid Dominan
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah,Tinggi
181
180
1
1
0,005
Merah, Pendek
58
60
-2
4
0,067
Putih, Tinggi
61
60
1
1
0,017
Putih, Pendek
20
20
0
0
0





X2hitung = 0,089


Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 4 – 1 = 3.
Jadi X2tabel(0.05) = 7,82. Karena X2hitung = 0,089 < X2tabel = 7,82, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.

g)      Tabel 7. Data Dihibrid intermediet
Fenotip
Yang didapatkan
Yang diharapkan
Ratio Mendel
Merah, Tinggi
19
22,5
1
Pink, Tinggi
39
45
2
Merah, Sedang
52
45
2
Pink, Sedang
91
90
4
Putih, Tinggi
17
22,5
1
Putih, Sedang
38
45
2
Merah, Pendek
32
22,5
1
Pink, Pendek
57
45
1
Putih, Pendek
15
22,5
2

h)     Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Dihibrid intermediet
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah, Tinggi
19
22.5
-3.5
12.25
0.5444
Pink, Tinggi
39
45
-6
36
0.8
Merah, Sedang
52
45
7
49
1.0888
Pink, Sedang
91
90
1
1
0.0111
Putih, Tinggi
17
22.5
-5.5
30.25
1.3444
Putih, Sedang
38
45
-7
49
1.0888
Merah, Pendek
32
22.5
9.5
90.25
4.0111
Pink, Pendek
57
45
12
144
3.2
Putih, Pendek
15
22.5
-7.5
56.25
2.5





X2hitung = 14.5886

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 9 – 1 = 8.
Jadi X2tabel(0.05) = 15,507. Karena X2hitung = 14.5886 < X2tabel = 15,507, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.

i)        Tabel 9. Data Individu Monohibrid Dominan (Anastasia Ervina)
Fenotif
Yang didapatkan
Yang diharapkan
Ratio Mendel
Merah
7
7,5
3
Putih
3
2,5
1

j)       Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Monohibrid Dominan (Anastasia Ervina)
Fenotip
O
E
O - E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah
7
7,5
-0,5
0,25
0,03
Putih
3
2,5
0,5
0,25
0,10





X2hitung = 0,13
Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 2 – 1 = 1
Jadi X2tabel (0.05) = 3,84. Karena X2hitung = 0,13< X2tabel = 3,84, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.

k)     Tabel 11. Data Individu Monohibrid Intermediet (Anastasia Ervina)
Fenotip
Yang didapatkan
Yang diharapkan
Ratio Mendel
Merah
0
2,5
1
Pink
7
5
2
Putih
3
2,5
1


l)          Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Monohibrid Intermediet (Anastasia Ervina)
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah
0
2,5
-2,5
6,25
2,5
Pink
7
5
2
4
0,8
Putih
3
2,5
0,5
0,25
0,1





X2hitung = 3,4

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 3 – 1 = 2.
Jadi X2tabel(0.05) = 5,99. Karena X2hitung = 3,4 < X2tabel = 5,99, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.


m)   Tabel 13. Data Individu Dihibrid Dominan (Anastasia Ervina)
Fenotip
Yang didapatkan
Yang diharapkan
Ratio Mendel
Merah, Tinggi
5
5,625
9
Merah, Pendek
2
1,875
3
Putih, Tinggi
3
1,875
3
Putih, Pendek
0
0,625
1

n)     Tabel 14. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Dihibrid Dominan
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah,Tinggi
5
5,625
-0,625
0,391
0,069
Merah, Pendek
2
1,875
0,125
0,016
0,008
Putih, Tinggi
3
1,875
1,125
1,265
0,675
Putih, Pendek
0
0,625
-0,625
0,391
0,625





X2hitung = 1,377


Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 4 – 1 = 3.
Jadi X2tabel(0.05) = 7,82. Karena X2hitung = 1,377 < X2tabel = 7,82, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.


o)      Tabel 15. Data Individu Dihibrid Intermediet (Anastasia Ervina)
Fenotip
Yang didapatkan
Yang diharapkan
Ratio Mendel
Merah, Tinggi
0
0,625
1
Pink, Tinggi
2
1,25
2
Merah ,Sedang
0
1,25
2
Pink, Sedang
3
2,5
4
Putih, Tinggi
0
0,625
1
Putih, Sedang
0
1,25
2
Merah,Pendek
1
0,625
1
Pink,Pendek
3
0,625
1
Putih, Pendek
1
1,25
2

Perbandingan fenotip:
MMNN:MmNN: MMNn : MmNn: mmNN : mmNn: MMnn: Mmnn: mmnn
1      :     2  :      2   :    4     :     1    :     2    :     1    :     1    :    2

p)     Tabel 16. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Dihibrid intermediet
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah, Tinggi
0
0,625
-0,625
0,39
0,63
Pink, Tinggi
2
1,25
0,75
0,56
0,45
Merah ,Sedang
0
1,25
-1,25
1,56
1,25
Pink, Sedang
3
2,5
0,5
0,25
0,10
Putih, Tinggi
0
0,625
-0,625
0,39
0,62
Putih, Sedang
0
1,25
-1,25
1,56
1,25
Merah,Pendek
1
0,625
0,375
0,14
0,22
Pink,Pendek
3
0,625
2,375
5,64
9,02
Putih, Pendek
1
1,25
-0,25
0,06
0,05





X2hitung = 13,59

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel, nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 9 – 1 = 8.
Jadi X2tabel(0.05) = 15,507. Karena X2hitung = 13,59 < X2tabel = 15,507, maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.  Adapun  deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.






PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis Mendel mengenai perbandingan sifat genetis yang khusus dan nyaris selalu sama pada setiap percobaan (uji) dengan pengulangan tertentu. Percobaan ini dilakukan melalui empat jenis imitasi persilangan yakni monohibrid dominan penuh, monohibrid intermediet, dihibrid dominan penuh dan dihibrid intermediet. Selain itu, data yang digunakan untuk setiap persilangan menggunakan data kelas dan data individu.
Menurut Elrod & Stansfield (2002), untuk mengevaluasi sebuah hipotesis genetik, kita memerlukan sebuah uji yang dapat mengkonversi penyimpangan-penyimpangan dari nilai-nilai yang diharapkan, menjadi probabilitas bahwa perbedaan-perbedaan terjadi akibat kebetulan. Lebih lanjut, uji itu haruslah mempertimbangkan juga ukuran sampel dan jumlah variabel (derajat kebebasan). Uji chi-kuadrat (dibaca kai-kuadrat, disimbolkan sebagai x2) melibatkan semua faktor tersebut.
Jadi, setelah mendapatkan data dari hasil persilangan, maka data tersebut diuji menggunakan uji chi-kuadrat (x2).
Pada imitasi persilangan monohibrid dominan penuh untuk data kelas, diperoleh fenotif merah sebanyak 235 dan fenotip putih sebanyak 85. Akan tetapi menurut hipotesis Mendel pada persilangan monohibrid dominan memiliki ratio fenotif merah dan putih sebesar 3 : 1 sehingga dari 320 pengulangan pada data kelas, seharusnya memiliki fenotif merah yang diharapkan sebanyak 240  dan fenotip putih sebanyak 80. Akan tetapi menurut  Tjan (1990), dalam suatu percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima. Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan.
Apabila pada suatu persilangan monohibrid dominan diperoleh rasio 3:1 maka menjelaskan berlakunya hukum Segregasi Mendel. Menurut hukum segregasi Mendel, kedua alel untuk setiap karakter berpisah selama produksi gamet. Pada persilangan, ketika alel terpisah, setengah dari gamet-gamet mendapatkan alel warna merah dan yang lainnya mendapatkan alel warna putih. Kemudian gamet-gamet tersebut nantinya akan bersatu secara acak (random). Jadi setiap alel tersebut nantinya berpeluang untuk menghasilkan kombinasi yang sama besar.
Adapun kombinasi alel yang didapatkan dari persilangan yaitu MM (Merah dominan penuh), Mm (Merah dominan resesif) dan mm (putih).
Setelah dianalisis dengan uji chi-kuadrat (x2), pada persilangan monohibrid dominan untuk data kelas ini diperoleh bahwa X2hitung = 0,4167 < X2tabel = 3,84 sehingga didapatkan kesimpulan bahwa hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan. 
Sama seperti pada data kelas yang setelah diuji dengan uji chi-kuadrat (x2) memenuhi nisbah Mendel, pada data individu diperoleh X2hitung = 0,13< X2tabel = 3,84. Akan tetapi pada data individu dilakukan hanya sebanyak 10 kali pengulangan sehingga menghasilkan 7 fenotip merah dan 3 fenotip putih.
Pada percobaan persilangan monohibrid intermediet untuk data kelas diperoleh fenotip merah sebanyak 88, pink 149, dan putih 83. Sementara menurut hipotesis Mendel pada persilangan monohibrid intermediet memiliki ratio 1: 2 : 1, sehingga seharusnya memiliki fenotif merah sebanyak 80, pink 160 dan putih 80. Dari pengujian dengan chi-kuadrat (x2) diperoleh hasil X2hitung = 1,67 < X2tabel = 5,99, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel. Deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.
Untuk data individu, tidak diperoleh fenotip berwarna merah, melainkan fenotip pink yang berjumlah 7 dan putih yang berjumlah 3. Sementara hasil yang diharapkan sesuai dengan ratio Mendel yaitu fenotip merah sebanyak 2,5, pink sebanyak 5 dan putih sebanyak 2,5. Setelah dianalisis dengan uji chi-kuadrat, diperoleh X2hitung = 3,4 < X2tabel = 5,99, sehingga hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.
Pada persilangan dihibrid dominan penuh untuk data kelas, diperoleh fenotip merah tinggi sebanyak 181, merah pendek 58, putih tinggi 61, dan putih pendek 20. Setelah dianalisis, pada persilangan ini diketahui X2hitung = 0,089 < X2tabel = 7,82 sehingga hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan
Untuk data individu, setelah dianalisis diperoleh hasil bahwa X2hitung = 1,377 < X2tabel = 7,82, sehingga hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.
Pada imitasi persilangan dihibrid intermediet untuk data kelas didapat fenotip merah tinggi sebanyak 19, pink tinggi 39, merah sedang 52, pink sedang 91, putih tinggi 17, putih sedang 38, merah pendek 32, pink pendek 57, dan putih pendek 15. Setelah diuji dengan chi-kuadrat (X2), diperoleh hasil yaitu X2hitung = 14,5886 < X2tabel = 15,507 sehingga hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.
Untuk data individu juga didapatkan kesimpulan yang sama yaitu hasil persilangan yang memenuhi nisbah Mendel dikarenakan hasil dari X2hitung = 13,59 < X2tabel = 15,507 sehingga deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.
Dari semua percobaan imitasi persilangan yang dilakukan, baik menurut data kelas maupun data pribadi telah sesuai dengan hukum (nisbah) Mendel. Pada perobaan persilangan monohibrid dominan maupun intermediet telah sesuai dengan Hukum Segregasi Mendel dan pada persilangan dihibrid dominan maupun  intermediet telah sesuai dengan Hukum  Independent Assortment yang dicetuskan Mendel. Hal tersebut berdasarkan uji chi-kuadrat (X2) sehingga diperoleh hasil untuk semua persilangan, X2hitung < X2tabel. Adapun deviasi-deviasi yang terjadi murni karena faktor kebetulan.
Selain itu sebaiknya dalam penggunaan uji chi kuadrat mengambil sampel yang cukup besar, hal ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa terdapat kesamaan antara nisbah Mendel dengan hasil imitasi persilangan yang dilakukan. Jadi penggunaan data kelas dianggap jauh lebih dapat memberikan data yang baik pada penggunaan uji chi-kuadrat apabila dibandingkan dengan penggunaan data individu yang hanya terbatas pada 10 kali pengulangan saja.

KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pada semua imitasi persilangan yang dilakukan, yaitu monohibrid dominan, monohibrid intermediet, dihibrid dominan, dan dihibrid intermediet baik pada data kelas maupun data individu sesuai dengan nisbah Mendel setelah dianalisis dengan uji chi kuadrat. Jadi pada persilangan imitasi ini dapat terlihat adanya kesamaan ratio yang ditetapkan Mendel pada Hukum Segregasinya untuk persilangan monohibrid dan Hukum  Independent Assortment pada persilangan dihibrid. Adapun deviasi yang terjadi disebabkan oleh faktor kebetulan. Selain itu penggunaan data kelas dianggap dapat memberikan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan data individu karena lebih dapat memberi gambaran terhadap adanya kesamaan antara nisbah Mendel dengan hasil percobaan yang didapatkan. Hal ini disebabkan pada data kelas lebih banyak menggunakan pengulangan yakni sebanyak 320 kali sedangkan pada data individu hanya terbatas pada 10 kali pengulangan saja.

REFERENSI
Crowder, L.V. 1990. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Didjosepoetro. 1974. Pengantar Genetika. Jakarta: Depdikbud.
Elrod & Stansfield. 2002. Schaum’s Outline Teori dan Soal-Soal Genetika. Jakarta: Erlangga.
Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
Tjan, Kiauw Nio. 1990. Genetika Dasar. Bandung: ITB Press.
Yatim, Wildan. 1986. Genetika. Bandung: Tarsito.


0 komentar:

About this Blog

Seguidores

Blog Archive

    © Summervina. Friends Forever Template by Emporium Digital 2009

Back to TOP