Cerpen Masa SMA
>> Minggu, 23 Oktober 2011
Cerpen Masa SMA
___________________________________________________________
Ku lepas pelukan Nara dariku. Bahkan isak tangisnya pun tak ku pedulikan. Aku hanya tak ingin terus menerus hidup dengan kebohongan yang ku pelihara. Aku tak ingin mencari pengganti Rasta. Aku tak ingin menghapus semua hanya karena kehadiran Nara.
Aku ingat betul lima bulan yang lalu, ketika hidupku ditaburi cinta. Cinta Rasta yang mewarnai hari-hariku. Aku merasa saat itu hidupku benar-benar sempurna. RASTA. Nama yang amat melekat dihatiku. Dan aku percaya hanya ada satu Rasta di dunia ini. Dan tak akan pernah ada yang bisa menyamainya. Bahkan Nara sekalipun!
Namun, lima bulan yang lalu, tepatnya di bulan Februari, Rasta membuatku benar-benar kecewa. Dimana dalam bulan tersebut, aku berulang tahun. Namun dia pergi begitu saja. Kado spesial darinya. Tepat dihari ulang tahunku!
DDDRRTTTTTT….DDRRRRRRRTTT…..DDRRRRRRRRRRRRTTT….
Handphoneku bergetar berkali-kali. Dengan marah ku raih handphone yang dari tadi berbunyi tiada henti.
“hallo!!” ujarku kesal.
“Ryo…,maaf kalau aku udah ganggu kamu”,ujar suara diseberang.
“memangnya ada perlu apa lagi sih??!!” kesalku semakin menjadi.
“aku…aku cuma pengen bilang kalau aku…,”
“kalo kamu kenapa hah??!! Lama banget sih! Ngomong aja kok repot! ”
“aku sayang kamu,yo. Aku cuma pengen kamu tau perasaan aku. Sebelum…,”
“huuhhhhh!! Aku udah bosan dengerin kamu bilang gitu mulu tiap hari! Apa kamu udah nggak ada kata-kata lain lagi selain aku sayang kamu,aku cinta kamu,aku suka kamu,hahh??? Capek aku dengerin kamu. Udah gila kamu! Hanya mau bilang kayak gini aja kamu mesti bangunin aku pagi-pagi buta gini.”
“tapi yo…,kali ini aku janji ini yang terakhir. Karena aku bakalan pergi jauh. Dan nggak akan pernah ganggu hidup kamu lagi.”
“ooo…bagus dong! Sebaiknya memang begitu.”ujarku sambil tersenyum kecil.
~+~
Suara gaduh terdengar dibalik pintu kamarku. Kutajamkan pendengaranku. Hmm…rupanya suara gaduh itu adalah suara gedoran pintu dibarengi dengan teriakan ibuku. Apa??? Ibuku berteriak-teriak sambil menggedor pintu kamarku??? Ini tak biasanya.
Dengan berat hati, aku pun menemani ibuku menuju rumah Nara. Ibuku terlihat panik. Sedangkan aku sibuk bernyanyi-nyanyi sendiri. Aku tak tahu apa yang ibu cemaskan. Apa yang terjadi pada Nara. Yang aku tahu, ibu membangunkanku dan segera mengajakku untuk pergi ke rumah Nara. Ibu tak menjelaskan apa-apa padaku. Aku juga terlalu malas untuk menanyakannya.
‘ku harap Nara gak jadi geer lantaran kedatanganku. Kalo dia geer, aku tinggal kabur aja dari rumahnya.’Batinku .
Kepanikan ibuku bertambah saat tiba dirumah Nara. Aku sangat heran melihat rumah Nara kelihatan ramai sekali. Ada beberapa orang polisi diantara kerumunan orang-orang.
“ada apa ini?” Tanya ku saat telah berada diantara kerumunan orang diteras rumah Nara.
“ada yang barusan bunuh diri.” Sahut salah seorang yang dari tadi terlihat berkerumun tersebut.
“bunuh diri???”,bisikku dalam hati.
Aku segera masuk kedalam rumah Nara. Kulihat Nara. Bukan! Bukan lagi Nara. Melainkan mayatnya. Pucat. Pucat sekali. Ku dekati mayatnya yang terbaring tak berdaya. Kuambil secarik kertas yang masih tergenggam erat ditangan kanannya.
“Aku Nara. Bukan Rasta. Namun salahkah aku punya cinta sebesar cinta Rasta untukmu Ryo…? Aku Nara. Selamanya Nara. Aku takkan ingin menjadi orang lain. Atau Rasta sekalipun agar kau cintai.”
Aku tak habis pikir mengapa Nara memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Kalau saja aku bisa melahirkan perasaan cinta untuknya. Mungkin takkan begini jadinya.
Lima bulan yang lalu. Nara adalah sosok gadis yang amat kuat. Ditengah kondisi kritisnya, ia mendapatkan keajaiban. Rasta memutuskan untuk mendonorkan jantungnya pada Nara yang saat itu mengalami kerusakan jantung.
Rasta yang mengalami kanker otak saat itu merasa bahwa waktunya didunia sudah tak lama lagi. Maka ia pun meminta agar keluarganya berkenan mendonorkan jantungnya untuk Nara jika ia pergi nanti.
Sejak Rasta meninggal, jantungnya terus berdetak dalam raga gadis manis bernama Nara. Karena merasa tak ikhlas akan kepergian Rasta, akupun mulai mengamati Nara saat ia masih menjalani perawatan dirumah sakit. Aku hanya menginginkan Rasta saat itu. Aku berharap bisa menemukan Rasta kembali pada diri Nara. Hari-hari ku lalui bersama Nara. Dan aku pun dapat merasakan kalau Nara mulai jatuh cinta padaku. Awalnya aku bahagia. Namun, lama-kelamaan aku mulai menjaga jarak padanya. Aku sadar bahwa ini salah dan tak bisa diteruskan. Dia memang Nara. Tak ada secuil pun Rasta dalam dirinya.
Kini kusadar keegoisanku. Kenapa aku terlalu buta. Apakah duka kehilangan Rasta terlalu dalam sehingga aku tak melihat ada seseorang yang membawakan cinta yang setara dengan cinta Rasta, bahkan lebih. Namun aku menyakitinya dan menyia-nyiakannya. Sampai-sampai gadis yang penuh semangat hidup yang kukenal dulu telah berubah menjadi sosok gadis yang putus asa yang memutuskan mengakhiri hidupnya dengan meracuni tubuhnya sendiri.
Aku peluk Nara. Ya,setelah sekian lama aku baru mengenalnya. Dia Nara. Manis sekali. Walau dengan wajah pucat pasi. Dia Nara. Pancaran semangatnya masih terlihat jelas. Ya,benar-benar Nara.
Aku tahu sekarang. Hanya ada satu Rasta. Cuma ada satu Nara. Namun bukan tak mungkin diluar sana tersimpan rasa cinta pada banyak orang untukku sebesar cinta Rasta. Bahkan lebih besar dari cinta Nara.
===========================================
Selesai