[LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN] KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN
>> Rabu, 03 Oktober 2012
ABSTRAK
Laju pertumbuhan tanaman sangat penting
diperhatikan. Untuk itu pada praktikum kali ini digunakan tanaman jagung (Zea mays) yang ditanam hingga
menghasilkan bunga dengan dua jenis perlakuan yaitu destruktif dan
non-destruktif. Perlakuan destruktif dengan melakukan pencabutan tanaman jagung
setiap minggu sedangkan pada perlakuan non-destruktif tidak ada tanaman jagung
yang dicabut. Dari hasil pengamatan didapatkan laju pertumbuhan yang lebih
tinggi pada perlakuan destruktif dibandingkan dengan perlakuan non-destruktif.
Data yang diperoleh juga membentuk kurva sigmoid pertumbuhan yakni membentuk
huruf S. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi faktor eksternal meliputi suhu
udara, suhu tanah, curah hujan, kelembaban, dry, wet, dan evaporasi.
Kata kunci:
Pertumbuhan, Laju Pertumbuhan, Jagung (Zea mays), Destruktif, Non-Destruktif,
dan Kurva Sigmoid
A.
PENDAHULUAN
a).
Latar Belakang
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
suatu tanaman, baik yang merupakan faktor dalam maupun faktor luar. Untuk
mendapatkan tanaman yang baik dan sesuai yang diharapkan maka sangat penting
bagi kita terutama para petani untuk mengetahui dan memperhatikan fakor-faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.
Jagung merupakan suatu jenis tanaman yang sangat
mudah tumbuh dan merupakan kelompok tumbuhan berumu pendek sehingga pada
praktikum kali ini digunakan tanaman jagung untuk melihat berbagai faktor yang
mempengaruhi suatu pertumbuhan tanaman serta membandingkan tingkat pertumbuhan
antara tanaman jagung dengan perlakuan destruktif maupun non destruktif.
Selanjutnya data pengamatan yang didapatkan tersebut dibuat dalam bentuk kurva
sigmoid pertumbuhan.
b). Dasar Teori
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu
perkembangan bagi makhluk hidup; baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam
proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara
signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman.
Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam
bentuk kurva/diagram pertumbuhan. Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau
bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan
dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka
grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva
sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, dkk., 2009).
Perkecambahan adalah proses awal
pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel
pada testa benih. Proses perkecambahan dan pertumbuhan perkecambahan sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk diabsorbsi dan
memacu aktivitas enzim-enzim untuk metabolisma perkecambahan di dalam benih (Salisbury dan Ross, 1995).
Perkecambahan biji bergantung pada
imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang
kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit
pembungkusnya dan memicu perubahan metabolic pada embrio yang menyebabkan biji
tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan
yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya
dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh (Campbell, 2003).
Perkembangan zigot itu berlanjut
sampai berbentuk biji: sporofit embrio yang dorman dengan makanan cadangan dan
salut pelindung. Pada angiosperma, dinding bakal buah (terkadang bersamaan
dengan bagian-bagian bunga lainnya) berkembang menjadi buah. Buah merupakan
adaptasi yang meningkatkan penyebaran isinya (biji-bijinya) ke lokasi yang
baru. Buah menjadi tersebar karena: (1) Pengeluaran mekanis biji-bijinya. (2)
Mengerahkan bantuan angin atau arus air untuk membawa biji ke tempat-tempat
baru. (3) Mengerahkan bantuan hewan untuk menyebarkan biji-bijinya (Kimbal, 1983).
Banyak
peneliti merajahkan ukuran atau bobot organime terhadap waktu, dan ini
menghasilkan kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan berbentuk-s (sigmoid) yang
ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian
tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun. Kurva menunjukkan ukuran
komulatif sebagai fungsi dari waktu . tiga fase utama biasanya mudah dikenali:
fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan.
Pada fase
logaritmik, ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t).
Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme; semakin besar
organisme, semakin cepat ia tumbuh.
Pada fase
linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju
maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan yang konstan
ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman
dan oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh di bagian bawah. Fase penuaan
dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua (Salisbury
dan Ross, 1995).
Pada tanaman jagung seperti halnya semua tanaman
hibrida selalu mempunyai apa yang disebut dengan batas genetis. Pada batasan
tersebut terdapat potensi genetic, dimana dengan memacu pertumbuhan seperti apapun akan tetap
tidak dapat melampaui batasan genetic tersebut, dan jumlah daun adalah salah
satu batasan genetic pada tanaman semusim (Budi,
2009).
Pengamatan
non destruktif:
Non destrtructive testing
(NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui
adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita tes
atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material
yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance (Achmad,
2010).
-
Tinggi tanaman
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman
mulai dari permukaan tanah sampai bagian tajuk tanaman paling tinggi.
-
Jumlah daun
Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun-daun
yang sudah membuka sempurna.
-
Diameter batang
Pengamatan dilakukan dengan mengukur batang pada
ketinggian 10 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong.
Pengamatan
destruktif:
Pengujian
lapangan bersifat dekstruktif dilakukan
dengan mencabut sampel tanaman secara perminggu dengan mengukur :
-
Luas daun
Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan metode p x l,
dengan rumus:
LD = p x l x k
Dimana p = panjang daun, l = lebar daun, dan k =
konstanta. Nilai k didapat dari hasil bagi luas daun yang diukur dengan metode
kertas millimeter dan luas daun p x l.
-
Bobot kering total tanaman
Pengamatan bobot kering total tanaman dilakukan
dengan menimbang seluruh bagian tanaman yang telah di oven pada suhu 800
C sampai diperoleh berat yang konstan.
-
Laju pertumbuhan tanaman (Crop Growth
Rate = CGR)
Laju pertumbuhan tanaman ialah kemampuan
menghasilkan biomassa persatuan waktu. Dihitung berdasarkan pertambahan berat
kering total tanaman diatas tanah persatuan waktu.
Rumus:
CGR = W2-W1 x 1 (g cm-2
hari-1)
T2-T1 GA
Keterangan
: W1 dan W2 : Berat kering total
tanaman pada saat dua
pengamatan destruktif T1 dan T2
T1
dan T2 : Umur tanaman (dalam hari)
T1 : saat pengamatan pertama
T2 : saat pengamatan kedua
GA : Luas tanah (jarak tanam)
Secara teoritis ,apabila
dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies, maka akan terjadi interaksi
diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah
satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada
interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi
antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies
yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan. Bentuk dari
kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan
adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan
hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive
exclusion principles ) (Ewusie, 1990).
c).
Masalah
Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum Kurva Sigmoid Pertumbuhan adalah untuk
mengetahui bagaimana laju tumbuh tanaman jagung (Zea mays) pada pengamatan destruktif dan
non destruktif.
B.
TUJUAN
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung (Zea mays) pada
pengamatan destruktif dan non destruktif.
C.
MATERIAL DAN METODA
a).
Waktu dan Tempat
Melaksanakan praktikum Kurva
Sigmoid Pertumbuhan ini di lapangan depan Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP
UNTAN dimulai pada hari Sabtu, 9 Maret hingga berakhir pada tanggal 18 Mei
2012. Dan pengukuran dilakukan setiap hari antara pukul 14.30-15.00 dari sejak
tanaman Jagung ditanam hingga tanaman tersebut menghasilkan bunga.
b).
Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan pada paktikum Kurva Sigmoid
Pertumbuhan antara lain pot, penggaris, oven, pisau, neraca analitik,
termometer, pensil, gunting, dry and wet, dan evaporimeter. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu biji jagung (Zea mays),tanah dan pasir dengan takaran perbandingan antara tanah
dan pasir adalah 2 : 1, kertas milimeter blok, benang, aluminium foil, pupuk,
dan air.
.
c).
Cara Kerja
Langkah pertama yang dilakukan praktikan adalah
memilih bibit jagung yang baik yang hendak ditanam, selanjutnya praktikan
merendam biji tersebut. Langkah selanjutnya praktikan menyiapkan media tanam
dengan mencampurkan pasir dan tanah bakar dengan perbandingan 2 : 1.
Selanjutnya praktikan memasukkan media tanam tersebut ke dalam 16 pot untuk
setiap kelompok dan praktikan memberi label pada masing-masing pot. Praktikan
memberi pupuk pada 8 pot yang ada, sedangkan 8 pot sisanya tidak diberi pupuk.
Kemudian praktikan memasukkan biji jagung yang telah direndam sebelumnya ke
dalam media tanam sebanyak 7 biji per pot, dimana 2 bijinya merupakan cadangan.
Praktikan mengatur jarak tanam antar biji dalam pot. Selanjutnya praktikan
meletakkan pot-pot tersebut di lapangan terbuka dan di siram setiap hari.
Praktikan mencabut satu tanaman untuk setiap minggunya pada pengamatan
destruktif untuk pengukuran berat basah dan berat keringnya. Selain itu
praktikan juga mengukur faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan jagung
yaitu suhu tanah, suhu udara, curah hujan, kelembaban, dry dan wet, dan
evaporasi setiap hari. Selain itu pengukuran jumlah daun, luas daun, dan tinggi
tanaman juga dilakukan setiap hari. Pada pengukuran setiap minggu, dipisahkan
pengukuran batang dan akarnya kemudian praktikan memasukkannya ke dalam oven
untuk dikeringkan dengan suhu 80˚C, selanjutnya menimbang sampel setelah 3 hari dikeringkan di dalam oven
tersebut. Pengukuran dianggap selesai setelah jagung menghasilkan bunga. Data
yang ada kemudian dimasukkan dalam tabel pengamatan serta kemudian dibuat kurva
sigmoid pertumbuhan dari tanaman jagung.
Rumus yang digunakan dalam pengukuran luas daun :
Berat kertas
D.
DATA PENGAMATAN
1a.
Perlakuan non destruktif (diberi pupuk)
Minggu
Ke-
|
Tinggi
Tanaman
|
Daun
|
Keterangan
|
||||||
Jlh
|
Dry
|
Wet
|
Evaporasi
|
Suhu
Tanah
|
Suhu
Udara
|
Kelembaban
|
Curah
Hujan
|
||
1.
|
3,84
|
0,46
|
38,14
|
27,71
|
1,83
|
35.31
|
32
|
53,57
|
0
|
2.
|
23,08
|
4,29
|
37,56
|
25,89
|
1,62
|
38.71
|
34
|
53,85
|
0
|
3.
|
31,38
|
5,04
|
37,24
|
27,56
|
2,02
|
37.20
|
32
|
54,52
|
0,28
|
4.
|
35,34
|
4,78
|
38,37
|
26,63
|
1,83
|
33.53
|
36
|
51,67
|
0,42
|
5.
|
39,09
|
4,57
|
37,56
|
25,89
|
1,73
|
35.83
|
36
|
51,82
|
0
|
6.
|
46,26
|
4,65
|
38,14
|
27,71
|
1,76
|
34.70
|
32
|
55,36
|
0
|
7.
|
66,43
|
4,85
|
37,54
|
25,57
|
1,83
|
38.77
|
30
|
57,35
|
0,42
|
8.
|
76,1
|
4,82
|
38,29
|
26,56
|
1,73
|
38
|
34
|
53,57
|
0,42
|
9.
|
80,46
|
4,88
|
36,92
|
25,32
|
1,62
|
38
|
32
|
53,57
|
0,28
|
1b.
Perlakuan non destruktif ( tanpa diberi pupuk)
Minggu
Ke-
|
Tinggi
Tanaman
|
Daun
|
Keterangan
|
||||||
Jlh
|
Dry
|
Wet
|
Evaporasi
|
Suhu
Tanah
|
Suhu
Udara
|
Kelembaban
|
Curah
Hujan
|
||
1.
|
3,81
|
0,46
|
38,14
|
27,71
|
1,83
|
35.31
|
32
|
53,57
|
0
|
2.
|
22,86
|
4,23
|
37,56
|
25,89
|
1,62
|
38.71
|
34
|
53,85
|
0
|
3.
|
32,67
|
4,8
|
37,24
|
27,56
|
2,02
|
37.20
|
32
|
54,52
|
0,28
|
4.
|
36,89
|
4,68
|
38,37
|
26,63
|
1,83
|
33.53
|
36
|
51,67
|
0,42
|
5.
|
40,56
|
4,45
|
37,56
|
25,89
|
1,73
|
35.83
|
36
|
51,82
|
0
|
6.
|
45,65
|
4,57
|
38,14
|
27,71
|
1,76
|
34.70
|
32
|
55,36
|
0
|
7.
|
58,98
|
4,74
|
37,54
|
25,57
|
1,83
|
38.77
|
30
|
57,35
|
0,42
|
8.
|
67,37
|
4,74
|
38,29
|
26,56
|
1,73
|
38
|
34
|
53,57
|
0,42
|
9.
|
70,82
|
4,72
|
36,92
|
25,32
|
1,62
|
38
|
32
|
53,57
|
0,28
|
2.
Perlakuan destruktif
Minggu
Ke-
|
Tinggi
Tanaman
|
Daun
|
Keterangan
|
|||||||
Jlh
|
Dry
|
Wet
|
Evaporasi
|
Suhu
Tanah
|
Suhu
Udara
|
Kelembaban
|
Curah
Hujan
|
|||
1.
|
10,80
|
3,00
|
31,07
|
32,14
|
1,83
|
35.13
|
32
|
70,14
|
9,28
|
|
2.
|
28,10
|
5,00
|
36,64
|
33,92
|
1,62
|
38.71
|
34
|
59,42
|
0
|
|
3.
|
31,25
|
5,00
|
37,14
|
34,07
|
2,02
|
37.20
|
31
|
63,14
|
0
|
|
4.
|
34,95
|
5,00
|
30,21
|
30,57
|
1,83
|
33.53
|
29
|
76,42
|
4,14
|
|
5.
|
49,95
|
7,00
|
32,35
|
31,64
|
1,73
|
35.83
|
31
|
72,42
|
6,21
|
|
6.
|
65,50
|
7,00
|
33,64
|
30,42
|
1,76
|
34.70
|
30
|
77,57
|
11,71
|
|
7.
|
97,70
|
7,00
|
40,00
|
33,00
|
1,83
|
38.77
|
33
|
69,57
|
8,57
|
|
8.
|
112,30
|
7,00
|
38,29
|
26,56
|
1,73
|
38
|
34
|
53,57
|
0,42
|
|
9.
|
115,50
|
7,00
|
36,92
|
25,32
|
1,62
|
38
|
32
|
53,57
|
0,28
|
|
3a.
Kurva sigmoid antara tanaman yang diberi pupuk dengan yang tidak diberi pupuk
pada pengamatan non destruktif
3b.
Kurva sigmoid antara tanaman destruktif dan non destruktif
E.
PEMBAHASAN
Pada
pengamatan kali ini digunakan tanaman jagung (Zea mays) untuk membandingkan tingkat
pertumbuhannya pada dua pengamatan yakni destruktif dan non destruktif. Adapun
menurut Ewusie (1990) Pengujian
lapangan bersifat dekstruktif dilakukan
dengan mencabut sampel tanaman secara perminggu. Tanaman jagung yang dicabut
tersebut diambil batang dan daun, serta akarnya untuk kemudian diukur berat
basah maupun berat keringnya. Sedangkan menurut Achmad (2010) Non destrtructive testing (NDT) adalah
aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat,
retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita tes atau inspeksi.
Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita
gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance. Jadi pada pengamatan
secara non destruktif, tidak dilakukan pencabutan terhadap tanaman jagung.
Untuk itulah pertumbuhan tanaman jagung yang lebih cepat terdapat pada
pengamatan destruktif yang disebabkan sedikitnya atau berkurangnya persaingan
dalam memperebutkan nutrisi/ makanana pada tanaman jagung karena banyaknya
tanaman jagung yang dicabut. Hal ini makin diperkuat dengan kurva sigmoid yang
dihasilkan antara tanaman destruktif dan non destruktif yang ada.
Kurva
sigmoid antara tanaman destruktif dan non destruktif
Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa tinggi
pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan destruktif jauh lebih tinggi
melampaui pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan non destruktif. Selain itu
faktor eksternal seperti suhu udara, suhu tanah, kelembaban, dry, wet,
evaporasi dan curah hujan juga memiliki pengaruh yang tak kalah penting
terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Serta terpenuhinya unsur hara tanaman juga
perlu untuk diperhatikan dengan rutin memberikan tanaman tersebut pupuk dan
juga rutin menyiram tanaman dengan air setiap harinya sehingga tanaman
terhindar dari kekeringan.
F.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Laju pertumbuhan tanaman jagung didapatkan pada
perlakuan destruktif dibandingkan non-destruktif. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya persaingan yang terjadi untuk mendapatkan unsur hara karena beberapa
tanaman jagung dicabut. Sedangkan pada perlakuan non-destruktif dimana semua
tanamannya tetap dibiarkan hidup (tidak ada yang dicabut) maka persaingan untuk
mendapatkan unsur hara jauh lebih besar sehingga mempengaruhi pada terganggunya
proses metabolisme tanaman jagung tersebut. Hal ini ditunjang dengan kurva
sigmoid yang terbentuk dari data pengukuran laju pertumbuhan tanaman destruktif
dan non-destruktif dimana kurva destruktif memiliki tinggi yang lebih jika
dibandingkan dengan non-destruktif.
Faktor eksternal dan internal juga berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan. Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain suhu
udara, suhu tanah, kelembaban, curah hujan, dry, wet, dan evaporasi sedangkan
faktor dalam yang berpengaruh yaitu gen. Untuk mempercepat laju pertumbuhan dan
mencegah agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat maka perlu dilakukan
penyiraman dan pemupukan tanaman secara teratur.
Agar hasil pengukuran yang didapatkan akurat maka
rekomendasi yang dapat saya berikan adalah dengan melakukan pengukuran secara
teliti dan teratur agar kurva yang dihasilkan nantinya berbentuk huruf s
(sigmoid).
DAFTAR
PUSTAKA
Budi, Mikael Adri S. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan 4
Efektif Organisme (EM4) pada Pertumbuhan Fase Vegetatif Tanaman Jagung (Zea mays) var. sweet com.
Vol 2, No. 3 April 20092256-263 Jurnal FORMAS ISSN I 1978-8452. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:vUUg5zUMhusJ:jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2409256263.pdf+Kurva+Sigmoid+Pertumbuhan+Jagung+Pdf&hl=id&gl=id.
(Diakses pada tanggal 17 Mei 2012).
Campbell, Neil A. Biologi. 2003. Jakarta: Erlangga.
Ewusie. 1990. Ekologi Tropika . Bandung: ITB.
Kimbal, John W.
1983. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Latunra.
2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Salisbury, Frank B.
& Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
0 komentar:
Posting Komentar