( CERPEN ) POHON SIRSAK ITU...
>> Kamis, 28 Juni 2012
Kualihkan
pandanganku keluar jendela setelah merasa bosan dengan buku Campbell yang sejak
seperempat jam yang lalu menemaniku. Kupusatkan pandanganku pada daun-daun
sirsak yang berdansa mengikuti irama alam itu. Di sana, ya di samping rumahku.
Pohon itu berdiri kokoh dan tampak elok dengan daun-daunnya yang berwarna hijau
cerah.
Teringat
aku pada kenangan beberapa tahun silam, tepatnya saat aku masih belum mengerti
kepahitan hidup dan hanya bisa tertawa polos melewati detik demi detik waktu
yang bergulir dalam hidupku. Ya, sepotong kenangan masa kecil yang indah dan
membuatku ingin untuk mengulangnya berkali-kali jika saja bisa kulakukan.
Aku
yang ketika itu masih duduk di bangku sekolah dasar hampir setiap sore
menghabiskan waktu duduk di bawah pohon sirsak itu. Aku suka berada di bawah
naungan pohon tersebut. Dahannya yang rindang menyelimutiku dari sengatan matahari
dan gemerisik dedaunannya bagai musik klasik khas nyanyian alam yang dengan
mudahnya menghilangkan kepenatan yang kurasakan.
Jika
tiba musim berbuah bagi sirsak itu, maka akulah orang pertama yang paling
merasa bahagia. Bagaimana tidak? Buah sirsak itu begitu enak. Perpaduan asam
dan manis yang nyaris sempurna.
Tapi
semua itu hanya menjadi sepotong kenangan masa lalu. Karena setelah beranjak
dewasa aku mulai melupakan keberadaan pohon sirsak itu. Pohon sirsak yang
kuketahui dengan sengaja ditanam oleh ayah di samping rumahku.
“Ayah, untuk apa ayah menanam pohon
sirsak itu disitu?” tanyaku ketika aku masih kecil dulu.
“Suatu saat kau akan mengetahuinya
sendiri.” ujar ayah sambil tersenyum lembut kearahku.
Dan
seketika lamunanku buyar ketika mataku tak sengaja menangkap sosok lelaki paruh
baya sedang berjalan mendekati pohon sirsak yang ada di samping rumahku itu.
Sesampainya didepan pohon tersebut kulihat ia terdiam sejenak menatap pohon itu
sebelum akhirnya mulai memetik beberapa helai daun sirsak dengan hati-hati.
Seketika
kurasakan butiran bening yang sejak tadi kutahan sekuat tenaga mulai terdesak
keluar.
“Ayah,
kini aku sudah mengerti. Mengerti kenapa engkau menanam pohon sirsak itu.”
gumamku pada diriku sendiri.
Kini
setiap dua kali dalam sehari aku diberi ayah segelas air rebusan daun sirsak
yang setiap pagi dipetiknya tersebut. Kata ayah daun sirsak itu jauh lebih
mujarab dari kemoterapi. Ya, aku didiagnosa terkena tumor. Untuk itulah aku
selalu setia menghabiskan air rebusan sirsak itu dari beliau. Selain itu ada
hal penting lagi yang akan kulakukan ketika tumor ini benar-benar hilang dan
aku menjadi sehat kembali. Aku ingin berterima kasih pada ayah dan keajaiban
pohon sirsak yang diberikannya dihidupku. Entah kenapa pohon sirsak itu seakan
tak ingin aku melupakannya begitu saja. Ia bahkan selalu memberi kebaikan
terhadapku sampai saat ini. Dan aku tau ayahlah sutradara untuk ini semua.
Kini
aku benar-benar tau, ayah. Semua yang kau lakukan itu hanya demi kebaikanku.
Seperti halnya pohon sirsak yang kau tanam disamping rumah itu.
Ayah,
terima kasih. ^_^
note: Sirsak dikenal ampuh mengobati kanker dibandingkan kemoterapi.
note: Sirsak dikenal ampuh mengobati kanker dibandingkan kemoterapi.
0 komentar:
Posting Komentar