PERMASALAHAN BIOLOGI YANG CENDERUNG DIANGGAP SEBAGAI ILMU HAFALAN
>> Sabtu, 14 Juli 2012
Tidak
sedikit orang yang menganggap bahwa pelajaran Biologi merupakan pelajaran
hafalan selama ini. Saya sendiri sebenarnya tidak setuju dengan anggapan
tersebut. Namun bila melihat realita yang ada saat ini, maka wajar saja bila
ada segelintir orang yang beranggapan bahwa Biologi identik dengan menghafal.
Dari
sejak pertama dikenalkan dengan pelajaran Biologi di sekolah dasar hingga
sekarang duduk di bangku kuliah, hampir seluruh pengajar baik itu guru maupun
dosen yang saya jumpai lebih menuntut siswanya untuk hafal materi Biologi yang
disampaikannya daripada menekankan siswanya untuk memahami. Hal tersebut jelas
terlihat dalam ulangan harian maupun ulangan semester yang diberikan dimana
soal-soal yang diujikan hanya menguji sejauh mana hafalan siswa daripada
menguji pemahaman siswa. Soal-soal yang diberikan hanya berkisar pada tingkat
C1 yakni menyebutkan. Hal tersebut juga terjadi pada soal-soal ujian nasional
yang jelas menguji sejauh mana siswa tersebut hafal terhadap materi-materi
Biologi yang diujikan bukan pada sejauh mana tingkat pemahaman siswa tersebut. Dengan
sistem seperti ini maka akan membuat daya pikir siswa akan terhambat. Siswa
tidak bisa untuk berpikir kritis karena adanya sistem evaluasi yang cenderung
membatasi ruang gerak siswa.
Sangat
diharapkan kedepannya terjadi perubahan dalam pemberian evaluasi oleh guru.
Setidaknya soal-soal evaluasi tidak hanya berkisar pada pengujian daya hafal
siswa namun juga ada soal yang menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
Biologi. Misalnya untuk di perguruan tinggi maka pengajar dapat memberikan
soal-soal sejenis berpikir metakognisi yakni soal-soal dengan tingkat berpikir
tinggi dimana biasanya soal tersebut berupa kasus yang mengharuskan mahasiswa
untuk memecahkannya dengan menganalisa berdasarkan dasar atau konsep-konsep
yang diketahuinya. Hal ini saya rasa lebih efektif untuk mengukur sejauh mana
tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dibandingkan hanya dengan menguji
siswa dengan soal-soal dalam bentuk hafalan.
Tentu
saja guru bukan hanya perlu mengubah sistem evaluasi saja namun juga cara
pengajarannya yang harus lebih memprioritaskan agar siswanya paham bukan hanya
sekedar hafal materi yang disampaikannya di depan kelas. Dengan adanya
pemahaman siswa terhadap materi Biologi maka diharapkan dalam diri siswa
tersebut muncul literasi sains yaitu pemahaman akan sains sehingga dengan
begitu siswa tersebut memiliki kepekaan terhadap masalah pada diri dan
lingkungan sekitarnya dan selanjutnya dapat memecahkan permasalahan tersebut
berdasarkan ilmu sains khususnya Biologi yang dipelajarinya. Hal tersebut
amatlah penting mengingat Biologi merupakan ilmu yang memang membahas ruang
lingkup mahluk hidup dan lingkungan sekitarnya.
Dengan
memunculkan literasi sains siswa diharapkan paling tidak siswa memiliki
kesadaran terhadap dirinya dengan sarapan setiap pagi sebelum berangkat sekolah
karena dia paham bahwa tubuhnya memerlukan banyak energi untuk beraktivitas dan
sarapan juga mencegahnya dari sakit maag sehingga sistem pencernaannya akan
terhindar dari gangguan karena pola hidupnya yang sehat. Adapun kesaran
terhadap lingkungannya dapat ditunjukkan siswa dengan tidak membuang sampah
sembarangan karena selain akan mengotori lingkungan sampah juga dapat
menyebabkan banjir terutama sampah plastik. Hal tersebut dikarenakan sampah
plastik memerlukan waktu berjuta-juta tahun untuk dapat terurai di dalam tanah.
Dengan
melihat berbagai keuntungan yang dapat diambil dengan pengubahan cara
pengajaran dan cara evaluasi dalam pembelajaran Biologi maka saya mengharapkan
kedepannya sistem pengajaran dan evaluasi ini dapat diterapkan sehingga Biologi
tidak lagi dikenal sebagai ilmu hafalan tetapi juga berpotensi menggali
pengetahuan siswa.
0 komentar:
Posting Komentar