[Laporan Praktikum Anatomi & Fisiologi Tumbuhan] JARINGAN PADA DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL
>> Selasa, 16 April 2013
ABSTRAK
Terdapat tiga jaringan utama pada daun monokotil
maupun dikotil yaitu jaringan epidermis terdiri dari epidermis adaxial dan
epidermis abaxial, jaringan mesofil terdiri dari palisade mesofil dan spongy
mesofil serta jaringan pembuluh terdiri dari xylem dan floem. Selain itu tiap
tipe daun dilengkapi dengan stomata. Walau memiliki sistem jaringan penyusun
yang sama akan tetapi posisi dari berbagai jaringan maupun struktur anatomi
masing-masing daun tersebut berbeda. Untuk mengetahui letak perbedaan tersebut
dilakukanlah pengamatan terhadap struktur anatomi dari preparat awetan daun Zea mays dan daun Fern serta pengamatan preparat segar daun Musa paradisiaca dan daun Codiaeum
variegatum. Pada hasil pengamatan dapat dilihat bahwa daun yang tergolong
kedalam tipe daun monokotil yaitu daun Zea
mays dan daun Musa paradisiaca
karena memiliki jaringan pembuluh yang jumlahnya banyak dan tersusun berjajar
dengan jarak yang berdekatan selain itu pertulangan daunnya sejajar. Sedangkan
daun Fern dan daun Codiaeum variegatum termasuk kedalam
tipe daun dikotil karena jumlah jaringan
pembuluhnya lebih sedikit dan jarang serta pertulangan daunnya menyirip.
Kata kunci : Jaringan, daun
monokotil, daun dikotil
A.
PENDAHULUAN
a).
Latar Belakang
Daun merupakan organ tumbuhan yang memiliki fungsi
yang sangat penting, salah satunya adalah sebagai tempat fotosintesis.
Dibandingkan dengan organ tumbuhan lainnya, daun memiliki fungsi serta struktur
morfologi dan anatomi yang lebih beragam. Oleh sebab itulah para ahli kemudian
membagi daun berdasarkan fungsi serta struktur morfologi dan anatomi yang
dimilikinya kedalam dua kelompok besar yaitu daun monokotil dan dikotil.
Pada daun monokotil dan dikotil masing-masing
memiliki ciri dan jaringan khusus yang menjadi keistimewaan dari masing-masing
kelompok tumbuhan tersebut. Dan pada praktikum kali ini khusus untuk melihat
perbedaan anatomi dari daun monokotil dan dikotil selain dari ciri morfologi
yang sudah lebih sering dibahas. Diharapkan setelah melakukan praktikum ini
maka praktikan dapat menentukan letak perbedaan antara daun monokotil dan daun
dikotil bukan hanya berdasarkan struktur morfologinya melainkan juga
berdasarkan struktur anatominya serta dapat melihat bagaimana perbedaan sistem
jaringan yang menyusun daun monokotil dan dikotil tersebut.
b).
Dasar Teori
Dengan sekitar
275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini angiosperma merupakan kelompok
tumbuhan yang paling beraneka ragam dan paling luas. Para ahli membagi
angiosperma menjadi dua kelas : monokotil, dinamai demikian karena kotiledonnya
(keping atau daun biji) hanya ada satu dan dikotil, yang memiliki dua kotiledon
(Campbell, 2003).
Sangat sukar untuk membedakan dengan jelas baik
secara teoritis maupun secara praktis antara jaringan daun dan batang. Struktur
jaringan pengangkut dalam tangkai dan ibu tulang daun biasanya sama dengan pada
batang. Sering kali jaringan fotosintesis bersama jaringan parenkim
nonfotosintesis ditemukan bersama dalam daun dan korteks batang. Sifat yang
penting dari daun adalah pertumbuhan apikalnya cepat berhenti ( Mulyani, 2006).
Pada tumbuhan dikotil, daun terdiri atas tangkai
(petiola) dan helai daun (lamina), sedangkan daun monokotil tidak bertangkai,
langsung melekat pada batang. Jaringan penyusun daun meliputi epidermis,
mesofil (parenkim), dan berkas pembuluh (Campbell, 2003).
Epidermis terdapat dipermukaan atas dan dipermukaan
bawah daun. Umumnya terdiri dari selapis sel, seperti pada daun Ficus dan Piper (sirih). Sel-selnya berdinding tebal dan pada bagian yang
menghadap ke luar dilapisi oleh kutikula untuk membatasi penguapan air yang
terlalu besar, kadang-kadang pada daun juga dijumpai lapisan lilin atau
rambut. Pada epidermis terdapat stomata
(mulut daun), yaitu celah yang dibatasi oleh sel penutup. Lapisan epidermis
atas berfungsi melindungi bagian dibawahnya. Stomata berfungsi sebagai tempat
keluar masuknya udara dan dengan menghubungkan ruang-ruang antar sel di
dalam jaringan parenkim dengan atmosfer.
Pada tumbuhan darat, stomata terletak dipermukaan bawah daun, sedangkan pada
tumbuhan air terdapat di atas permukaan daun (Lakitan, 1996) .
Jaringan epidermis atas berbeda dengan epidermis
bawah. Permukaan atas daun disebut
permukaan adaksial dan permukaan bawah disebut permukaan abaksial.
Mesofil daun yang terdapat diantara epidermis atas
dan bawah dibedakan menjadi dua macam, yaitu parenkim palisade yang terdiri
atas sel yang panjang dan tidak mempunyai ruang antarsel dan parenkim spons
yang terdiri atas sel yang berbentuk tidak teratur dengan ruang antar sel yang
besar. Parenkim palisade lebih banyak mengandung kloroplas.
Bentuk parenkim spons bermacam-macam. Kekhususannya
adalah adanya lobus (rongga) yang terdapat antara sel satu dan lainnya.
Membedakan antara sel paenkim palisade dengan parenkim spons tidak selalu
mudah, khususnya apabila parenkim palisade terdiri atas beberapa lapisan.
Apabila palisade terdiri atas beberapa lapisan, biasanya lapisan paling dalam
sangat mirip dengan parenkim spons yang ada di dekatnya (Mulyani, 2006).
Pada
tumbuhan monokotil tidak terdapat jaringan parenkim palisade, hanya terdapat
jaringan spons saja. Proses fotosintesis terjadi di semua sel penyusun jaringan
spons yang berbentuk membulat. Pada jaringan ini terdapat ruang antar sel sama
halnya dengan tumbuhan dikotil, jaringan spons pada tumbuhan monokotil di
dalamnya terdapat pembuluh pengangkut. Ciri khas jaringan spons yaitu adanya
lekukan-lekukan yang menjadi penghubung antar sel (Syarif, 2009).
Jaringan pengangkutan pada daun membentuk suatu system pencabangan
seperti jala yang kompleks, disebut tulang daun. Tulang daun terletak diantara
jaringan tiang dan jaringan bunga karang. Pada sayatan melintang tulang daun
merupakan berkas pengangkut yang tersusun dari xylem dan floem
(Starscientist,2009).
Jaringan pembuluh suatu daun sambung menyambung
dengan xilem dan floem batang. Jejak daun, yang bercabang dari berkas vaskuler
dalam batang, menembus melalui tangkai daun ke daun. Didalam daun, tulang daun
akan membagi diri secara berulang-ulang dan bercabang diseluruh mesofil. Ini
menyebabkan xilem dan floem berhubungan sangat dekat dengan jaringan
fotosintetik, yang dapat menyebabkan air dan mineral dari xilem dan mengisi
gula dan produk organik lainnya kedalam floem untuk dikirim kebagian lain
tumbuhan. Infrastruktur pembuluh juga berfungsi sebagai kerangka yang
memperkuat bentuk daun tersebut (Campbell, 2003).
Pada kebanyakan daun dikotil, parenkim berkas
pengangkut memperluas ke epidermis pada satu atau kedua sisi daun. Sel parenkim
yang mencapai epidermis ini disebut perluasan berkas pengangkut, yang berfungsi
dalam pengangkutan pada daun. Pada beberapa tumbuhan, perluasan berkas
pengangkut mengiringi tulang daun hampir disepanjang daun, sedangkan pada
tumbuhan yang lain tidak terdapat perluasan berkas pengangkut.
Berkas pengangkut juga terdapat dalam daun
monokotil, khususnya rumput-rumputan yang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
yang mempunyai 1 (satu) atau 2 (dua) lapisan. Lapisan berkas pengangkut di
bagian luar terdiri atas sel parenkim dengan dinding tipis. Sel selubung berisi
kloroplas sehingga mengandung tepung yang disebut selubung tepung (Mulyani,
2006).
c).
Masalah
Adapun permasalahan
yang terdapat pada praktikum Jaringan
pada Daun Monokotil dan Dikotil
adalah mengenai bagaimana sistem dan jenis-jenis jaringan daun, tipe daun
monokotil dan dikotil, posisi dari berbagai jaringan daun serta bagaimana
perbandingan dari struktur anatomi daun monokotil dan dikotil tersebut.
B.
TUJUAN
Tujuan praktikum Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil
yaitu mempelajari sistem dan jenis-jenis jaringan daun, tipe daun monokotil dan
dikotil, serta posisi dari berbagai jaringan daun. Selain itu juga
membandingkan struktur anatomi daun monokotil dan dikotil.
C.
MATERIAL DAN METODA
a).
Waktu dan Tempat
Melaksanakan praktikum Jaringan
pada Daun Monokotil dan Dikotil ini di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP
UNTAN pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 dari pukul 07.30 hingga pukul 09.30 WIB.
b).
Alat dan Bahan
Praktikum ini menggunakan alat antara lain
mikroskop, pinset, silet, pipet tetes, beaker glass, kaca objek dan kaca
penutup. Sementara bahannya menggunakan air, preparat awetan daun monokotil (Zea mays) dan preparat awetan daun dikotil
(Fern). Preparat segar menggunakan daun Musa paradisiaca untuk tumbuhan
monokotil dan daun Codiaeum variegatum untuk tumbuhan dikotil.
c).
Cara Kerja
1)
Preparat awetan
Mula-mula memeriksa dengan pembesaran lemah untuk
mengamati susunan jaringan yang terdapat pada daun. Kemudian membesarkan satu
sektor dari irisan tersebut dengan pembesaran kuat. Setelah itu menggambar
hasil pengamatan dan memberi keterangan pada gambar tersebut. Selanjutnya
menuliskan tipe dari masing-masing daun beserta ciri-cirinya.
2)
Preparat segar
Perwakilan kelompok mencari tanaman monokotil dan
dikotil yang ada disekitar kampus. Kemudian mengambil bagian daun tanaman
tersebut dan selanjutnya menyayat tipis daun segar tersebut dengan menggunakan
silet. Kemudian mengamati preparat daun segar tersebut dibawah mikroskop untuk
melihat struktur anatominya seperti pada preparat awetan. Lalu menggambar hasil
pengamatan tersebut dengan pembesaran yang ada serta memberi keterangan pada
bagian-bagiannya.
D.
DATA PENGAMATAN
PREPARAT
AWETAN DAUN MONOKOTIL
|
|
Preparat
awetan : Daun Zea mays
Perbesaran
: 10 x 10
|
|
Gambar 1: Struktur Anatomi Daun Monokotil
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bagian-bagiannya :
1.
Epidermis adaxial
2.
Berkas pengangkut
3.
Spongy mesofil
4.
Palisade mesofil
5.
Epidermis abaxial
6.
Stomata
|
|
PREPARAT AWETAN DAUN DIKOTIL
|
|
Preparat
awetan : Daun Fern
Perbesaran
: 10 x 10
|
|
Gambar 2: Struktur Anatomi Daun
Dikotil
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bagian-bagiannya :
1.
Epidermis adaxial
2.
Stomata
3.
Berkas pengangkut
4.
Spongy mesofil
5.
Palisade mesofil
6.
Epidermis abaxial
|
PREPARAT SEGAR DAUN MONOKOTIL
|
Preparat
segar : Daun Musa paradisiaca
Perbesaran :
10 x 10
|
Gambar 3: Struktur Anatomi Daun Monokotil
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bagian-bagiannya :
1.
Epidermis adaxial
2.
Spongy mesofil
3.
Berkas pengangkut
4.
Palisade mesofil
5.
Epidermis abaxial
6.
Stomata
|
PREPARAT SEGAR
DAUN DIKOTIL
|
||
Preparat
segar : Daun Codiaeum variegatum
Perbesaran :
10 x 10
|
||
Gambar 4: Struktur Anatomi Daun
Dikotil
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bagian-bagiannya :
Gambar
A:
Gambar B:
1.
Epidermis adaxial 6.
Berkas Pengangkut
2.
Stomata
3.
Spongy mesofil
4.
Palisade mesofil
5.
Epidermis abaxial
|
E.
PEMBAHASAN
Pada praktikum Jaringan pada daun monokotil dan
dikotil ini menggunakan preparat awetan
dari daun Zea mays untuk daun
monokotilnya sedangkan untuk daun dikotilnya menggunakan preparat awetan daun Fern. Selain itu juga menggunakan
preparat segar berupa daun Musa
paradisiaca untuk perwakilan daun monokotilnya dan daun Codiaeum variegatum sebagai perwakilan untuk
daun dikotilnya. Tiap preparat tersebut diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10.
Pada
pengamatan preparat awetan daun Zea mays (monokotil)
dan daun Fern (dikotil) terlihat adanya kesamaan dari sistem jaringan yang
menyusun kedua jenis daun tersebut yaitu jaringan epidermis yang terdiri atas
epidermis adaxial dan epidermis abaxial, mesofil atau parenkim daun yang
terdiri dari palisade mesofil dan spongy mesofil serta jaringan pembuluh
(tulang daun) yang terdiri atas xylem dan floem. Dan pada masing-masing daun
tersebut memiliki stomata. Namun keduanya walau tersusun oleh jaringan yang
sama tetap memiliki perbedaan. Adapun perbedaan tersebut terletak pada letak
stomata pada daun Zea mays dan daun Fern. Jika pada daun Zea mays stomatanya terletak dipermukaan
bawah daun sedangkan pada daun Fern stomatanya
terletak dipermukaan atas daun. Hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan
pernyataan Lakitan (1996) yang mengatakan bahwa pada tumbuhan darat, stomata
terletak dipermukaan bawah daun, sedangkan pada tumbuhan air terdapat di atas
permukaan daun.
Anatomi daun Zea mays Anatomi
daun Fern
Akan
tetapi pada gambar referensi struktur anatomi daun Fern terlihat stomatanya terletak dibagian bawah permukaan daun.
Hal tersebut berkebalikan dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Anatomi
daun Fern
Namun
seperti pernyataan Lakitan, seharusnya kedua jenis daun tersebut memiliki
stomata yang berada dibawah permukaan daun mengingat keduanya termasuk pada
kelompok tumbuhan darat.Adanya perbedaan letak stomata yang didapatkan dengan
referensi ini dapat dikarenakan kesalahan praktikan dalam mengamati preparat.
Selain
itu perbedaan lainnya terletak pada jaringan pembuluhnya. Jika pada Zea mays memiliki jaringan pembuluh yang
banyak jumlahnya dan berjajar dengan jarak yang dekat satu sama lain sedangkan
pada daun Fern memiliki jaringan
pembuluh yang lebih sedikit jumlahnya dan juga letaknya berjauhan antara satu
dan lainnya.
Dan
apabila dibandingkan maka terdapat perbedaan antara gambar struktur anatomi
daun Zea mays dari hasil pengamatan
yang dilakukan dengan referensi yang ada. Jika pada gambar anatomi daun Zea mays dari hasil pengamatan terlihat
adanya sel berukuran panjang menyerupai jaringan parenkim palisade akan tetapi
dari gambar referensi daun Zea mays
yang didapatkan tidak terlihat adanya jaringan parenkim palisade pada struktur
anatomi daun Zea mays. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Syarif (2009) yaitu pada tumbuhan monokotil tidak
terdapat jaringan parenkim palisade, hanya terdapat jaringan spons saja. Proses
fotosintesis terjadi di semua sel penyusun jaringan spons yang berbentuk
membulat.
Jadi
adanya ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan referensi
dikarenakan praktikan kurang teliti
dalam mengamati preparat.
Jadi
berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka jelaslah bahwa Zea mays termasuk kedalam kelompok daun monokotil karena memiliki
jaringan pembuluh yang banyak jumlahnya dan susunannya berdekatan antara satu
sama lain selain itu dari morfologinya daun Zea
mays memiliki pertulangan daun yang sejajar. Sedangkan Fern termasuk golongan daun dikotil yang ditandai dengan adanya
jaringan pembuluh yang lebih sedikit jumlahnya dan tersusun jarang atau
jaraknya berjauhan antara satu dan lainnya. Dan dari ciri morfologinya memiliki
pertulangan daun yang menyirip.
Untuk
pengamatan dengan preparat segar menggunakan daun Musa paradisiaca dan daun Codiaeum
variegatum terlihat adanya kesamaan sistem jaringan yang terdiri dari tiga
jaringan utama yaitu jaringan epidermis yang terdiri atas epidermis adaxial dan
epidermis abaxial, jaringan mesofil yang terdiri dari palisade mesofil dan
spongy mesofil, serta jaringan pembuluh yang terdiri atas xylem dan floem. Dan
pada kedua jenis daun tersebut dilengkapi dengan stomata yang berfungsi untuk
pertukaran gas. Akan tetapi sama seperti pada preparat awetan, terdapat
perbedaan letak stomata juga pada pengamatan preparat segar. Pada pengamatan
daun Musa paradisiaca stomatanya
terletak dibawah permukaan daun sedangkan pada pengamatan daun Codiaeum variegatum stomatanya terdapat
dipermukaan atas daun. Hal ini tidak sesuai dengan referensi yang
didapatkan.Seharusnya keduanya memiliki stomata diatas permukaan daun. Dan sama
seperti permasalahan sebelumnya, ketidaksesuaian ini dapat terjadi dikarenakan
kekurangtelitian praktikan dalam mengamati preparat atau dapat juga dikarenakan
kesalahan praktikan dalam membuat preparat mengingat pada pengamatan kedua ini
praktikan menggunakan preparat segar (bukan awetan).
Anatomi daun Musa paradisiaca Anatomi
daun Codiaeum variegatum
Pada
kedua jenis tumbuhan ini juga ditemukan adanya jaringan yang menyerupai
palisade mesofil karena selnya panjang dan
memiliki ruang interseluler sangat kecil. Namun seharusnya pada daun Musa paradisiaca tidak ditemukan adanya
parenkim palisade karena parenkim palisade umumnya ditemukan pada daun dikotil.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Syarif (2009) yaitu pada tumbuhan monokotil
tidak terdapat jaringan parenkim palisade, hanya terdapat jaringan spons saja.
Jadi
ketidaksesuaian ini dikarenakan kurang telitinya praktikan dalam melakukan
pengamatan atau pun kekeliruan dalam membuat preparat segar.
Perbedaan
lainnya pada daun Musa paradisiaca
jaringan pembuluhnya memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan daun Codiaeum variegatum. Dan pada pengamatan
daun Musa paradisiaca tidak ditemukan
adanya serabut disekeliling berkas pengangkutnya. Padahal menurut Mulyani
(2006) pada daun monokotil, berkas pengangkut dikelilingi oleh banyak serabut.
Pada Gramineae dan kebanyakan monokotil yang lain, terdapat serabut menutupi
satu atau dua sisi berkas pengangkut, dan berhubungan ke epidermis.
Ketidaksesuaian
ini dapat terjadi karena praktikan yang kurang teliti dalam mengamati atau juga
dapat dikarenakan perbesaran yang digunakan kurang sehingga serabut yang
seharusnya ada disekeliling berkas pengangkut tersebut tidak dapat terlihat
pada saat pengamatan.
Jadi
berdasarkan anatomi daun yang diamati jelaslah bahwa daun Musa paradisiaca merupakan daun monokotil yang ditandai dengan
adanya jaringan pembuluh yang terdapat dalam jumlah yang banyak serta memiliki
pertulangan daun sejajar. Sedangkan daun Codiaeum
variegatum memiliki jaringan pembuluh yang lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan daun Musa paradisiaca
serta memiliki pertulangan daun menyirip sehingga tumbuhan ini termasuk kedalam
kelompok daun dikotil.
Penampang melintang
daun Monokotil
Penampang melintang
daun Dikotil
F.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diketahui
adanya kesamaan jaringan penyusun daun monokotil dan dikotil yaitu jaringan
epidermis yang terdiri dari jaringan epidermis adaxial dan epidermis abaxial, jaringan mesofil yang
terdiri dari palisade mesofil dan spongy mesofil, serta jaringan pembuluh yang
terdiri atas xylem dan floem. Selain ketiga jaringan utama tersebut, kedua tipe
daun tersebut dilengkapi stomata. Letak stomatanya seharusnya pada permukaan
bawah daun karena pada preparat awetan yaitu daun Zea mays dan daun Fern serta
preparat segar yaitu daun Musa
paradisiaca dan daun Codiaeum
variegatum merupakan kelompok tumbuhan darat yang seharusnya memiliki
stomata dibawah permukaan daun. Pada daun Zea
mays dan Musa paradisiaca
seharusnya tidak memiliki palisade mesofil karena palisade mesofil tedapat pada
tumbuhan dikotil seperti daun Fern dan
daun Codiaeum variegatum. Jumlah
jaringan pembuluh pada daun Zea mays dan
Musa paradisiaca lebih banyak
jumlahnya dan tersusun berdekatan satu dan lainnya sedangkan pada daun Fern dan daun Codiaeum variegatum memiliki jumlah jaringan pembuluh yang jauh
lebih sedikit dan letaknya berjauhan antara yang satu dengan yang lainnya. Dan
berdasarkan bentuk pertulangan daunnya, daun Zea mays dan Musa paradisiaca
memiliki pertulangan daun yang sejajar sedangkan daun Fern dan daun Codiaeum
variegatum memiliki pertulangan daun yang menyirip. Jadi daun Zea mays dan Musa paradisiaca termasuk kedalam tipe daun monokotil sedangkan
daun Fern dan daun Codiaeum variegatum termasuk kedalam
tipe daun dikotil.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, B.
1996. Fisiologi Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman. Jakarta : Rajawali Pers.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Starscientist. 2009. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan.
http://starscientist.wordpress.com. (Diakses 7 April 2012).
Syarif. 2009. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Bandung
: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar