[Laporan Praktikum Anatomi & Fisiologi Tumbuhan] PENGHAMBATAN TUMBUH TUNAS LATERAL DAN DOMINANSI TUNAS APIKAL
>> Selasa, 16 April 2013
ABSTRAK
Pada praktikum mengenai Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan Dominansi Tunas Apikal bertujuan
untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral. Pada
praktikum ini menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dalam cawan petri, serta pasta IAA 400 ppm.
Alat yang digunakan yaitu pisau silet, sudip, gelas preparat, gelas penutup dan
mikoskop. Mulanya 2 kecambah yang berumur 5 hari dipotong pucuknya dan diolesi
pasta IAA. Sedangkan 2 nya lagi dijadikan sebagai kontrol. Setelah dibiarkan
selama 14 hari didapat rata-rata panjang kecambah yang diolesi pasta sebesar 24.25
cm sedangkan rata-rata panjang kecambah yang dijadikan kontrol sebesar 22.25
cm. Jadi dari hasil yang didapatkan terbukti bahwa auksin memberi pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman. Auksin yang terdapat dalam konsentrasi tinggi
pada bagian apikal akan terdistribusi pada akhirnya menuju tunas lateral yang
menyebabkan pertumbuhan tunas lateral menjadi terhambat. Sebaliknya hal ini
memicu terjadinya dominansi apikal. Namun bila konsentrasi auksin berkurang
maka pertumbuhan tunas lateral akan berlangsung lebih cepat sebaliknya
peristiwa dominansi apikal dapat terhambat.
Kata kunci :Tunas Lateral,
Tunas Apikal, Dominasi Apikal, Auksin, IAA
A.
PENDAHULUAN
a).
Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Satu diantaranya adalah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada
tanaman (plant regulator). Contoh zat pengatur tumbuh itu antara lain
adalah auksin. Auksin dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar yang
berfungsi pada pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh cepat),
akibat dari dominansi apikal, yaitu terhambatnya pertumbuhan tunas lateral
(tunas ketiak daun). Untuk itu pemangkasan tunas apikal perlu dilakukan agar
tunas lateral dapat tumbuh.
Pertumbuhan
tunas lateral menimbulkan terbentuknya cabang batang yang cukup banyak pada
ketiak batang utama. Di lain pihak pemangkasan pucuk batang menyebabkan
pertumbuhan tunas apikal terhambat sehingga tanaman tidak terlalu tinggi dan
mempunyai cabang yang banyak sehingga pembentukan bunga banyak. Bunga yang banyak
tersebut dapat diartikan sebagai adanya hasil tanaman yang baik. Akan tetapi perkembangan tunas
lateral tidak saja dapat dirangsang dengan menghilangkan tunas apikal, tetapi
juga dengan memberiakn senyawa-senyawa kimia tertentu atau dengan memberikan
lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan kandungan auksin tumbuhan.
Namun pada praktikum kali ini khusus
meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
b). Dasar Teori
Pada
sebagian besar tanaman, apabila pertumbuhan batang sudah cukup, secara alami
cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian
bawah yang cukup jauh dari ujung batang, hal ini disebabkan karena semakin jauh
dari ujung batang pengaruh dominansi apical semakin berkurang. Berdasarkan
kekuatan dominansi apical, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apical
yang kuat seperti pada tanaman Kalanchoe dan Bryophyllum dan
dominansi apical yang lemah seprti pada Solanum tubersum dan Solanum
lycopersicu. Dominansi apical dan pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi
oleh keseimbangan konsentrasi hormone (Khrishnamoorthy, 1981).
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak)
batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh
keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan
antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada
tunas pucuk/apikal, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak
tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan
tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan
menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu
tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin ( Dahlia, 2001).
Penghentian dominasi apikal
sementara dengan memotong pucuk akan memengaruhi kondisi hormon tanaman.
Melalui perlakuan ini, auksin yang terakumulasi pada daerah pucuk akan
terdistribusi ke bagian meristem yang lain seperti buku di daerah dekat mata tunas (Sutisna, 2010).
Fungsi utama auksin adalah Mempengaruhi pertambahan panjang
batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah;
dominansi apikal;
fototropisme dan geotropisme. Tempat dihasilkan hormone auksin ini adalah pada
meristem apikal
tunas ujung, daun muda, embrio dalam biji (Dewi, 2008).
Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang
mengalami pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama pada ujung
batang. Auksin yang disintesisi pada ujung batang ini akan ditransport secara
basipetal ke bagian batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabakan
terakumulasinya auksin pada ketiak daun dibawahnya yang berakibat inisiasi
pembentukan tunas lateral pada ketiak daun
terhambat atau terjadi dormansi tunas apikal,
karena inisiasi pembentukan tunas
lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang lebih rendah dibandingkan
konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan memanjang batang (Darmanti, et
al).
Pada
banyak spesies, pemangkasan dedaunan muda secara terus-menerus sama efektifnya
dengan pemangkasan keseluruhan apeks tajuk. Hal ini menunjukkan bahwa suatu
factor dominansi, yaitu zat penghambat, terdapat di daun muda. Jika auksin
ditambahkan pada sisa batang yang terpotong, setelah apeks tajuk dipangkas,
maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan cabang yang tegak akan terhambat
lagi pada banyak spesies. Penggantian kuncup atau daun muda oleh auksin
menunjukkan bahwa zat penghambat yang dihasilkan adalah IAA atau auksin lain.
Istilah
auksin (dari bahasa Yunani auxein, ‘meningkatkan’) pertama kali digunakan oleh
Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di Belanda pada tahun 1926, yang
menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan
pembengkokan koleoptil oat kearah cahaya. Auksin yang ditemukan Went kini
diketahui sebagai asam indolasetat (IAA), dan beberapa ahli fisiologi masih
menyamakan IAA dengan auksin.
IAA akan
bergerak melalui tabung tapis jika diberikan di permukaan daun yang cukup
matang untuk mengankut gula keluar, tapi biasanya pengangkutan pada batang dan
tangkai daun berasal dari daun muda menuju arah bawah sepanjang berkas
pembuluh.
Cara
pangangkutan ini memiliki keistimewaan yang berbeda dengan pengankutan floem.
Pertama, pergerakan auksin itu lambat, hanya sekitar 1 cm jam-1 di
akar dan batang, meskipun pergerakan itu masih 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan malalui
difusi. Kedua, pengangkutan auksin berlangsung secara polar pada batang;
arahnya lebih sering basipetal (mancari dasar), tanpa menghiraukan dasar
tersebut berada pada posisi normal atau terbalik. Pengangkutan dari akar juga
berlangsung secara polar, tapi arahnya akropetal (mencari apeks). Ketiga,
pergerakan auksin memerlukan energy metabolism, seperti ditunjukkan oleh
kemampuan zat penghambat sintesis ATP atau keadaan kurang oksigen dalam
menghambat pergerakan itu (Salisbury
& Ross, 1995).
c).
Masalah
Adapun permasalahan
yang terdapat pada praktikum Penghambatan
Tumbuh Tunas Lateral dan Dominansi Tunas Apikal diantaranya yaitu tentang
bagaimana pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral serta adakah perbedaan
pertumbuhan panjang antara kecambah dengan perlakuan IAA dan kecambah yang
dijadikan kontrol.
B.
TUJUAN
Tujuan praktikum Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan
Dominansi Tunas Apikal kali ini yaitu untuk meneliti pengaruh auksin
terhadap pertumbuhan tunas lateral.
C.
MATERIAL DAN METODA
a).
Waktu dan Tempat
Melaksanakan praktikum Penghambatan
Tumbuh Tunas Lateral dan Dominansi Tunas Apikal ini di Laboratorium Pendidikan
Biologi FKIP UNTAN dimulai pada hari Sabtu, 19 Mei 2012 dari pukul 07.30 hingga
pukul 09.30 WIB dan berakhir pada tanggal 7 Juni 2012.
b).
Alat dan Bahan
Praktikum ini menggunakan alat antara lain pisau
silet, sudip, gelas preparat, gelas penutup, dan mikroskop. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus) dalam pot (cawan petri) , dan pasta IAA 400 ppm.
c).
Cara Kerja
Mula-mula
praktikan menyediakan 4 kecambah kacang hijau berumur 5 hari dalam pot ( cawan
petri). Perkecambahan ini dilakukan di ruang gelap pada suhu 25 °C. Kemudian
praktikan memotong pucuk dua kecambah tepat dibawah pasangan daun pertama
dengan pisau silet dan ujung sisanya diberi pasta IAA dan dua kecambah sisa
dibiarkan sebagai kontrol. Setiap kecambah diberi etiket sesuai dengan
perlakuan yang diberikan. Selanjutnya pot disimpan di ruang gelap. Kemudian setelah 7 hari pasta IAA dibersihkan
dan diganti dengan yang baru. Setelah 14 hari, diukur panjang tanaman seutuhnya
dan amati dibawah mikroskop penampang melintang batang kontrol dan ujung batang
yang mendapat perlakuan.
D.
DATA PENGAMATAN
Perlakuan
|
Panjang kecambah selama 5 hari
(cm)
|
Panjang kecambah selama 14 hari
(cm)
|
keterangan
|
|
1
|
Kecambah 1 diberi IAA
|
20,5
|
26,5
|
Ada
tunas lateral
|
2
|
Kecambah 2 diberi IAA
|
19
|
22
|
ada
|
3
|
Kecambah kontrol 1
|
14,5
|
24
|
Tidak
ada
|
4
|
Kecambah kontrol 2
|
14
|
21,5
|
Tdak
ada
|
No
|
Perlakuan
|
Rata-rata
panjang kecambah selama 5 hari (cm) (sebelum)
|
Rata-rata
panjang kecambah selama 14 hari (cm) (sesudah)
|
1
|
Dengan IAA
|
19.75
|
24.25
|
2
|
Tanpa IAA
|
14.25
|
22.25
|
Grafik
pertambahan panjang kecambah
E.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini untuk meneliti pengaruh
auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral digunakan dua kecambah yang telah
berumur 5 hari. Kecambah tersebut dipotong
pada bagian pucuknya dan selanjutnya dioleskan pasta IAA. Sedangkan dua
kecambah lainnya dibiarkan begitu saja untuk dijadikan sebagai kontrol.
Adapun manfaat
dari pemotongan pucuk kecambah tersebut yaitu untuk menghentikan dominansi
apikal sementara sehingga dengan begitu akan memengaruhi kondisi hormon
tanaman. Menurut Sutisna (2010) melalui perlakuan ini, auksin yang
terakumulasi pada daerah pucuk akan terdistribusi ke bagian meristem yang lain
seperti buku di daerah dekat mata tunas.
Pada praktikum ini
meneliti tentang hormon auksin yaitu suatu hormon yang sangat berperan penting
terhadap pertumbuhan tanaman dan berdasarkan konsentrasinya auksin tersebut
dapat merangsang maupun menghambat pertumbuhan. Auksin sendiri dihasilkan
dibagian pucuk apikal tumbuhan oleh
sebab itu pada percobaan kali ini kecambah dipotong pada bagian pucuknya untuk
menghilangkan auksin dan kemudian diolesi dengan pasta IAA yang berperan
sebagai pengganti hormon auksin tersebut.
Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan, kecambah yang diolesi pasta IAA dibagian pucuknya
awalnya memiliki panjang rata-rata 19.75 cm, akan tetapi
setelah 14 hari kemudian rata-rata panjangnya menjadi 24.25 cm sedangkan untuk
kecambah yang dijadikan kontrol awalnya memiliki panjang rata-rata 14.25 cm dan
setelah 14 hari rata-rata panjangnya menjadi 22.25 cm.
Terlihatnya perbedaan panjang yang mencolok
ini diakibatkan oleh adanya pasta IAA yang merupakan jenis auksin yang
dioleskan pada pucuk kecambah mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tunas
lateral pada kecambah dan sebaliknya memacu pertumbuhan dari tunas apikal
sehingga tanaman cepat bertambah panjang. Jadi pasta IAA yang sejenis auksin
tersebut memacu terjadinya dominansi apikal yang menurut Dahlia (2001) Dominasi apikal disebabkan oleh
auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas
lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena
konsentrasinya masih terlalu tinggi.
Sedangkan pada kecambah yang dijadikan sebagai kontrol,
rata-rata pertumbuhan panjangnya jauh lebih rendah dibandingkan pada kecambah
yang ujung batangnya diolesi pasta IAA. Hal ini menunjukkan peran penting dari
auksin dalam memicu terjadinya dominansi apikal. Pada kecambah kontrol yang tidak
diolesi pasta IAA pertumbuhan tunas apikalnya jauh lebih lama sebaliknya
pertumbuhan tunas lateralnya menjadi lebih cepat. Ini dikarenakan tidak ada
atau sedikitnya hormon auksin yang tertimbun di tunas lateral sehingga
pertumbuhan tunas lateral menjadi lebih cepat dari biasanya.
Jadi, berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan hormon
auksin terbukti memberi pengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral maupun
terjadinya dominansi apikal pada suatu tanaman. Konsentrasi hormon auksin yang
rendah mengakibatkan pertumbuhan tunas lateral lebih cepat sedangkan
konsentrasi hormon akusin yang lebih tinggi memicu terjadinya dominansi apikal
pada tumbuhan. Dan dari data yang diperoleh, pertumbuhan panjang kecambah yang diolesi pasta IAA jauh lebih
tinggi dari perkembangan panjang kecambah yang dijadikan sebagai kontrol.
F.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Penghambatan Tumbuh Tunas Lateral dan Dominansi Tunas Apikal maka
terbukti bahwa auksin berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Konsentrasi
auksin yang tinggi yang dihasilkan di bagian tunas apikal selanjutnya akan
terdistribusi ke bagian tunas lateral yang menyebabkan penghambatan tunas
lateral. Jika demikian, maka terjadilah apa yang disebut dengan dominansi
apikal yaitu pertambahan panjang pada bagian ujung batang ( tunas apikal) tanpa
diikuti dengan penambahan panjang tunas lateral. Namun sebaliknya jika
konsentrasi atau kadar auksin yang terakumulasi di tunas apikal berkurang atau
jauh lebih sedikit maka dengan begitu penghambatan di tunas lateral oleh auksin
dapat berkurang pula sehingga pada keadaan tersebut tunas lateral dapat
berkembang lebih cepat sedangkan dominansi apikal dapat dihentikan sementara.
Pemangkasan ujung tunas apikal juga dapat menghentikan dominansi apikal sementara
sehingga pada usaha budidaya tanaman cara tersebut telah sering dipraktikkan.
Dan dari data percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kecambah yang
ujung batangnya diolesi pasta IAA memiliki rata-rata pertumbuhan panjang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kecambah yang dijadikan sebagai kontrol. Hal
tersebut dikarenakan pasta IAA termasuk jenis auksin yang bersifat memacu
dominansi apikal.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahlia.2001. Fisiologi
Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.
Darmanti, Sri et
al. Perlakuan Defoliasi untuk
Meningkatkan Pembentukan dan Pertumbuhan Cabang Lateral Jarak Pagar (Jatropha
curcas). http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:uhyr8vYl5CgJ:eprints.undip.ac.id/6199/1/Sri_darmanti,_Perlakuan_Defoliasi.pdf+penghambat+tumbuh+tunas+lateral+pdf&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESi8B80X7qHu6-fslNVO3HM9cZiVKacDfS_xUOXDuSMN2noj1VqF9QWo3XFm1hGanub4mQnHMdoWhUHlMy7YxP5sscZpWiLzEPzRZCGoWr4Vh_FsThVo7e96wMJ5JAe0LuOTJdw&sig=AHIEtbT0BxzVjFpSlvqKzrBU2HQ6uxZFBw.
(Diakses tanggal 25 Mei 2012).
Dewi, Intan Ratna A. 2008. Peranan
dan Fungsi Fitohormon bagi
Pertumbuhan Tanaman. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:FMhDgAAI9YwJ:data.tp.ac.id/bank/makalah%2Bfitohormon.pdf+dominasi+tunas+apikal+pdf&hl=en.
(Diakses tanggal 25 Mei 2012).
Krishnamoorthy,
H.N. 1981. Plant Growth Substances
Including Applications In Agriculture. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Sutisna, Agus. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan Tunas Lateral
untuk Perbanyakan Vegetativ Anthurium dengan Aplikasi GA dan BA. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VdzueSYVGngJ:pustaka.litbang.deptan.go.id/p0.ublikasi/bt152105.pdf+dominasi+tunas+apikal+pdf&hl=en.
Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010; 56-59. (Dikases tanggal 25 Mei
2012).
LAMPIRAN
No.
|
Perlakuan
|
Panjang kecambah selama 5 hari
(cm)
|
Panjang kecambah selama 14 hari
(cm)
|
keterangan
|
1
|
Kecambah 1 diberi IAA
|
20,5
|
26,5
|
Ada
tunas lateral
|
2
|
Kecambah 2 diberi IAA
|
19
|
22
|
ada
|
3
|
Kecambah kontrol 1
|
14,5
|
24
|
Tidak
ada
|
4
|
Kecambah kontrol 2
|
14
|
21,5
|
Tdak
ada
|
No
|
Perlakuan
|
Rata-rata
panjang kecambah selama 5 hari (cm) (sebelum)
|
Rata-rata
panjang kecambah selama 14 hari (cm) (sesudah)
|
1
|
Dengan IAA
|
19.75
|
24.25
|
2
|
Tanpa IAA
|
14.25
|
22.25
|
Perhitungan:
Rata-rata panjang kecambah selama 5 hari (Dengan IAA):
= 19,75 cm
Rata-rata panjang kecambah selama 14 hari(Dengan
IAA):
=24, 25 cm
Rata-rata panjang kecambah selama 5 hari (Tanpa IAA) :
=
14,25 cm
Rata-rata panjang kecambah selama 14 hari(Tanpa
IAA)
=
22,25 cm
0 komentar:
Posting Komentar