[Laporan Praktikum Anatomi & Fisiologi Tumbuhan] PENENTUAN KADAR KLOROFIL SECARA SPEKTROSKOPI
>> Selasa, 16 April 2013
ABSTRAK
Spektrofotometer merupakan alat yang memiliki banyak
fungsi. Salah satu kegunaannya yaitu dalam penentuan kadar klorofil daun. Pada
praktikum kali digunakan daun bayam (Amaranthus
spinosus) dengan usia yang berbeda yaitu daun muda, daun setengah tua, dan
daun dewasa yang diekstrak terlebih dahulu. Pada hasil percobaan dan
perhitungan diperoleh hasil kadar klorofil total tertinggi terdapat pada daun
bayam usia setengah tua yaitu 5,07 mg/l, sedangkan
kadar klorofil total daun bayam muda 2,65 mg/l dan kadar klorofil daun bayam
dewasa 4,66 mg/l. Pada semua daun bayam
dengan umur yang berbeda memiliki kadar klorofil a yang lebih tinggi
dibandingkan kadar klorofil b.
Kata Kunci:
Klorofil, Spektrofotometer, Daun bayam (Amaranthus spinosus)
A.
PENDAHULUAN
a).
Latar Belakang
Spektrofotometer merupakan alat yang memiliki harga
yang sangat mahal dan dalam penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati.
Untuk itulah praktikan perlu menguasai cara penggunaan alat tersebut dengan
baik. Salah satu kegunaan dari alat ini yaitu untuk penentuan kadar klorofil.
Kadar klorofil setiap jenis tumbuhan berbeda-beda.
Bahkan dalam tumbuhan satu spesies pun memiliki kadar klorofil yang berbeda.
Perbedaan kadar klorofil ini salah satunya dipengaruhi oleh umur daun suatu
jenis spesies.
Kadar klorofil yang optimal dalam daun suatu
tumbuhan sangat baik untuk memperlancar kelangsungan proses fotosintesis.
Pada praktikum kali ini digunakan daun bayam (Amaranthus spinosus) yang usianya
berbeda-beda untuk penentuan kadar klorofilnya dengan bantuan alat
spektrofotometer.
b). Dasar Teori
Klorofil
adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae dan
Cynobacteria. nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno :
choloros = green (hijau), and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada
tanaman adalah menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses
fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat
(gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar
matahari (Subandi, 2008).
Warna
daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam
kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan sitesis
molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel
mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida
masuk ke dalam daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut
stomata (Campbell, 2003).
Klorofil merupakan zat hijau daun
yang terdapat pada semua tumbuhan hijau yang berfotosintesis. Berdasarkan
penelitian, klorofil
ternyata tidak hanya berperan sebagai pigmen fotosintesis. Proses fotosintesis
membutuhkan klorofil,
maka klorofil
umumnya disintesis pada daun untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya
berbeda pada tiap spesies tergantung dari faktor lingkungan dan genetiknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sintesis klorofil meliputi: cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur,
faktor genetik dan unsur-unsur nitrogen, magnesium, besi, mangan, Cu, Zn,
sulfur, dan oksigen.
Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen
(N). Unsur N merupakan unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman
dalam jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai
penyusun klorofil.
Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis
pada daun. Tanaman tidak dapat menggunakan N2 secara langsung. Gas N2
tersebut harus difiksasi oleh bakteri menjadi amonia (NH3) (Hendriyani dan Setiari, 2009).
Klorofil
pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b. perbedaan kecil
antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada protein.
Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya atom
magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin, serta samping
hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol (Santoso, 2004).
Antara
klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, dimana
klorofil a di samping bisa menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bisa merubah energi cahaya
dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer
dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tapi dapat larut dalam
ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton (Devlin, 1975).
Semua
tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar
75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1%
basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein
dan lemak yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil
berikatan melalui gugus fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus
hidrofobik dari cincin porifin-nya. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg
(klorofil a) dan C55H70O6N4Mg
(klorofil b) (Subandi, 2008).
Dari
semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang
dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang
berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas
cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm)
dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya
terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang
bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap
cahaya pada panjang gelombang yang berbeda (Pratama, 2009).
Spektrofotometri sesuai
dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer
akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang energi secara
relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka akan ditangkap oleh klorofil
yang terlarut tersebut. Pada fotometer filter sinar dari panjang gelombang yang
diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang punya spesifikasi
melewati banyaknya panjang gelombang tertentu (Noggle dan Fritz, 1979).
c).
Masalah
Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum Penentuan Kadar Klorofil Secara Spektroskopi
yaitu tentang bagaimana cara penggunaan spektrofotometer yang baik dan
benar dalam penentuan kadar klorofil daun bayam (Amaranthus spinosus).
B.
TUJUAN
Tujuan praktikum Penentuan
Kadar Klorofil Secara Spektoskopi adalah untuk mempelajari dan memberikan
latihan cara penggunaan spektofotometer yaitu dalam penentuan kadar klorofil
daun bayam (Amaranthus spinosus)
dengan umur yang berbeda.
C.
MATERIAL DAN METODA
a).
Waktu dan Tempat
Melaksanakan praktikum Penentuan
Kadar Klorofil Secara Spektoskopi ini di Laboratorium Pendidikan Biologi
FKIP UNTAN pada hari Sabtu, 19 Mei 2012 dari pukul 07.30 hingga pukul 09.30
WIB.
b).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu mortar dan alu, gelas
ukur, saringan Buchner, cuvet,
pipet tetes, dan spektrofotometer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun
bayam (Amaranthus spinosus) dengan
umur yang berbeda, aseton 80%, aluminium
foil, dan akuades.
c).
Cara Kerja
Mula-mula untuk mengukur kadar klorofil dari daun
bayam (Amaranthus spinosus) yang
umurnya berbeda-beda, maka diambil patokan sebagai berikut: daun umur muda
diambil daun pada pucuk, daun setengah tua diambil daun nomor 3 dari pucuk, dan
daun dewasa diambil daun nomor 5 ke bawah.
Selanjutnya 1gr
daun yang masih segar dirajang kecil-kecil. Rajangan diekstrak dengan aceton
60% sebanyak 100 ml, dengan cara menggerusnya di dalam mortal selama 5 menit.
Yakinkan bahwa semua pigmen klorofil dari daun telah keluar seluruhnya yang
dapat dilihat dari ampasnya
yang berwarna putih. Kemudian praktikan
menyaring ekstrak klorofil dengan saringan Buchner dan
selanjutnya memasukkannya ke dalam labu ukur 100 ml. Selanjutnya praktikan memasukkannya ke dalam tabung
reaksi dan menutup tabung dengan menggunakan aluminium foil dan dibiarkan
selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, praktikan mengukur kadar klorofilnya
menggunakan spektrofotometer. Dengan menggunakan cuvet, Optica
Density (OD) dari ekstrak diukur dengan panjang gelombang 663nm dan 645nm.
Konsentrasi
klorofil dapat dihitung dengan rumus Arnon (1949) dengan membandingkan OD pada
663nm dan 645nm dalam sel yang tebalnya 1cm dengan menggunakan koefisien
absorbs apesifik yang telah ditentukan oleh Mac Kinner (1941) sebagai berikut :
Klorofil Total (mg/l) = 20,2 D645 + 0,02 D663
Klorofil a =
12,7 D663 + 2,69 D645
Klorofil b =
22,9 D645 + 0,02 D663
D.
DATA PENGAMATAN
Jenis Daun
|
Panjang Gelombang
|
Absorbsi
|
Klorofil
|
||
a
|
b
|
Total
|
|||
Muda
|
645
|
0.131
|
4,07
|
2,99
|
2,65
|
663
|
0.293
|
||||
1/2 tua
|
645
|
0.251
|
5,86
|
5,76
|
5,07
|
663
|
0.408
|
||||
Dewasa
|
645
|
0.231
|
5,76
|
5,29
|
4,66
|
663
|
0.405
|
Gambar 1.1 spektofotometer merk
SHIMADZU
Gambar
1.2 Tempat meletakkan cuvet
Gambar
1.3 Proses pengkalibrasian spektrofotometer
Gambar
1.4 Layar monitor spektrofotometer yang sedang menunjukkan jumlah kadar
klorofil dari panjang gelombang yang telah dipilih
E.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini untuk penentuan kadar
klorofil menggunakan daun bayam (Amaranthus
spinosus) dengan umur yang berbeda yaitu daun umur muda yaitu daun yang
diambil pada pucuk, daun setengah tua diambil daun nomor 3 dari pucuk, dan daun
dewasa yaitu daun nomor 5 kebawah.
Masing-masing daun tersebut diekstrak dan ekstrak tersebut dibiarkan
selama 1 minggu. Setelah diekstrak, terlihat jelas perbedaan warna ekstrak dari
daun yang berbeda usianya. Untuk warna ekstrak tercerah didapat pada daun
setengah tua.
Selanjutnya dilakukan penentuan kadar klorofil
dengan menggunakan alat yang disebut dengan spektrofotometer. Harga alat ini
sangat mahal sehingga dalam penggunaannya perlu dilakukan secara hati-hati.
Untuk menggunakan alat tersebut pertama isi akuades
pada cuvet yang nantinya akan dijadikan sebagai blanko, kemudian diletakkan
pada spektofotometer dengan hati-hati dan selanjutnya ditekan tombol zero untuk
mengkalibrasi alat tersebut. Selanjutnya isi cuvet lainnya dengan ekstrak daun
bayam (Amaranthus spinosus) yang ada.
Masukkan 1 cuvet berisi ekstrak daun bayam ditempat cuvet berisi akuades
diletakkan sebelumnya sedangkan cuvet berisi akuades dipindahkan pada posisi
diatas cuvet berisi ekstrak daun bayam. Lalu spektofotometer kembali
dikalibrasi. Setelah pengkalibrasian selesai, maka dipilih panjang gelombang
yang diinginkan yang tertera pada
monitor spektrofotometer. Klorofil yang terkandung pada ekstrak daun
bayam tersebut selanjutnya akan ditembakkan sesuai dengan panjang gelombang
yang telah dipilih dan nantinya akan terlihat nilai kadar klorofil dari ekstrak
daun bayam yang diukur pada monitor.
Dari hasil percobaan dan perhitungan yang dilakukan
diperoleh bahwa kadar klorofil yang paling banyak terdapat pada daun bayam yang
berusia setengah tua yaitu 5,07 mg/l, sedangkan
pada daun bayam yang berusia muda 2,65mg/l dan daun bayam usia dewasa 4,66 mg/l.
Adapun rumus yang
digunakan untuk menghitung klorofil total yaitu:
Klorofil
Total (mg/l) = 20,2 D645 +
0,02 D663
Diperolehnya hasil
tersebut dapat dikarenakan pada daun bayam berusia setengah tua memiliki kadar
klorofil yang paling maksimal karena pada usia ini daun melakukan proses
fotosintesis secara aktif sedangkan pada daun muda diperoleh hasil kadar
klorofil terendah dikarenakan kadar klorofil yang terbentuk masih sedikit dan
masih dalam proses pembentukan, selanjutnya pada daun dewasa kadar klorofilnya
sudah sedikit berkurang dibandingkan dengan daun setengah tua. Hal ini dapat
terjadi karena rusaknya klorofil yang ada.
Dari hasil percobaan
juga diperoleh hasil bahwa dari ketiga ekstrak daun bayam dengan umur yang
berbeda diperoleh kadar klorofil a lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
klorofil b. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subandi (2008) bahwa Semua
tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar
75 % dari total klorofil.
Untuk menghitung
klorofil a dan klorofil b menggunakan rumus:
Klorofil a =
12,7 D663 + 2,69 D645
Klorofil b =
22,9 D645 + 0,02 D663
Jadi setelah melakukan praktikum ini praktikan dapat
mengetahui dan menggunakan spektofotometer sesuai prosedur yang benar dalam
satu diantara kegunaanya yaitu penentuan kadar klorofil.
F.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Penentuan Kadar Klorofil secara Spektoskopi maka dapat disimpulkan
bahwa kadar klorofil total tertinggi didapatkan pada ekstrak daun bayam (Amaranthus spinosus) yang berusia setengah
tua sebesar 5,07 mg/l. Sedangkan
pada daun dewasa 4,66 mg/l dan daun muda hanya 2,65 mg/l.
Selanjutnya diperoleh
bahwa kadar klorofil a pada semua ekstrak daun bayam (Amaranthus spinosus) lebih tinggi
nilainya dibandingkan dengan kadar klorofil b.
Dan dalam penggunaan spektrofotometer harus
dilakukan secara hati-hati karena alat tersebut sangat sensitif dan jangan lupa
untuk mengkalibrasi terlebih dahulu sebelum menggunakannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil A. Biologi. 2003. Jakarta: Erlangga.
Devlin, Robert M. 1975. Plant
Physiology Third Edition. New York : D. Van Nostrand.
Hendriyani, Ika Susanti dan
Setiari, Nintya. 2009. Kandungan Klorofil
dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. J.
Sains & Mat. Vol 17 No. 3, Juli
2009: 145-150. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:mfANPEqVi0kJ:eprints.undip.ac.id/2335/1/artikel_jsm_nintya.pdf+Klorofil+pdf&h. (Diakses
pada 17 Mei 2012).
Noggle, Ray, R dan Fritzs, J.
George. 1979. Introductor Plant Physiology. New Delhi : Mall of India
Private Ilmited.
Pratama, Tomi Anugrah. 2009. Fotosintesis. http://thetom022.files.wordpress.com/2009/06/fotosintesis.pdf
.
(Diakses pada 17 Mei 2012).
Santoso. 2004. Fisiologi
Tumbuhan. Bengkulu : Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Subandi, Aan. 2008. Metabolisme.
http://metabolisme.blogspot.com/2007/09. (Diakses pada 17 Mei 2012).
LAMPIRAN
Jenis Daun
|
Panjang Gelombang
|
Absorbsi
|
Kadar Klorofil (mg/l)
|
||
a
|
b
|
Total
|
|||
Muda
|
645
|
0.131
|
4,07
|
2,99
|
2,65
|
663
|
0.293
|
||||
Setengah Tua
|
645
|
0.251
|
5,86
|
5,76
|
5,07
|
663
|
0.408
|
||||
Dewasa
|
645
|
0.231
|
5,76
|
5,29
|
4,66
|
663
|
0.405
|
Rumus:
Klorofil Total (mg/l) = 20,2 D645
+ 0,02 D663
Klorofil a =
12,7 D663 + 2,69 D645
Klorofil b =
22,9 D645 + 0,02 D663
Daun
Muda :
Klorofil Total = (20,2 x 0,131) + (0,02 x0.293)
= 2,6462 + 0,00586 = 2,65 mg/l
Klorofil a = (12,7 x0.293) + (2,69 x0.131)
= 3,7211 + 0,35239 = 4,07 mg/l
Klorofil b = (22,9 x 0.131) + (0,02 x0.293)
= 2,9999 + 0,00586 = 2,99 mg/l
Daun
Setengah Tua :
Klorofil Total = (20,2 x0.251) + (0,02 x0.408)
= 5,0702 + 0,00816 = 5,07 mg/l
Klorofil a = (12,7 x0.408) + (2,69 x0.251)
= 5,1816 + 0,67519 = 5,86 mg/l
Klorofil b = (22,9 x0.251) + (0,02 x0.408)
= 5,7479+ 0,00816 = 5,76 mg/l
Daun
Dewasa :
Klorofil Total = (20,2 x0.231) + (0,02 x 0.405)
= 4,6662 + 0,0081 = 4,66 mg/l
Klorofil a = (12,7 x0.405) + (2,69 x0.231)
= 5,1435 + 0,62139 = 5,76 mg/l
Klorofil b = (22,9 x0.231) + (0,02 x0.405)
= 5,2899+ 0,0081 = 5,29 mg/l
0 komentar:
Posting Komentar