[Laporan Praktikum Anatomi & Fisiologi Tumbuhan] TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN POTENSIAL AIR
>> Selasa, 16 April 2013
ABSTRAK
Praktikum Tekanan Osmosis Cairan Sel dan Potensial
Air ini bertujuan menghitung tekanan osmosis cairan sel dan mengukur nilai
potensial jaringan umbi kentang. Pada pengamatan Tekanan Osmosis menggunakan
daun Rhoe discolor dan larutan
sukrosa dengan konsentrasi 0,26 M , 0,24 M , 0,22 M , 0,20 M , 0,18 M , 0,16 M
, dan 0,14 M. Alat yang digunakan yaitu mikroskop, pisau silet, pinset, neraca,
pipet tetes, tabung reaksi, gelas objektif dan penutup. Daun Rhoe discolor disayat tipis dan
dimasukkan dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda selama 30 menit dan
diperoleh hasil pada konsentrasi sukrosa
0,18 M diperoleh nilai persentase mendekati keadaan insipien plasmolisis
yakni 52,4%. Adapun insipien plasmolisis
yaitu dimana diperoleh persentase 50%
dari jumlah sel epidermis telah terplasmolisis dalam larutan gula.
Selanjutnya pada pengamatan Potensial Air menggunakan umbi kentang (Solanum tuberosum L), akuades dan
larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda. Alat yang digunakan yaitu cork
borer, pisau silet, timbangan analitik, dan 12 tabung reaksi. Dari hasil
percobaan diperoleh hasil pada akuades 0 M hampir dikatakan tidak terdapat
perubahan berat irisan kentang sebelum dan setelah direndam dalam larutan.
Tidak adanya perubahan berat menandakan bahwa nilai potensial solute sebanding
dengan potensial air jaringan. Serta pada percobaan terbukti bahwa semakin
tinggi konsentrasi suatu larutan maka berat irisan kentang akan semakin
menyusut dikarenakan air pada kentang yang berpotensial tinggi berpindah ke luar
menuju larutan yang memiliki potensial air jauh lebih rendah akibatnya berat
kentang akan berkurang dari beratnya mula-mula.
Kata kunci : Osmosis,
Potensial Air, Insipien Plasmolisis, Rhoe discolor, Solanum tuberosum L
A.
PENDAHULUAN
a).
Latar Belakang
Peristiwa osmosis dan difusi sering kita temukan
dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Pada tumbuhan pun tak terlepas
dari peristiwa difusi dan osmosis. Hal tersebut terutama terjadi pada saat
pengangkutan zat hara dan air dari akar ke daun maupun pada saat pengangkutan
hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan yang memerlukan. Adapun
peristiwa tersebut dapat terjadi ditentukan oleh adanya perbedaan potensial
air. Untuk itulah pada praktikum kali ini akan dilakukan penghitungan tekanan
osmosis cairan sel tersebut serta mengkur nilai potensial jaringan umbi
kentang.
b). Dasar Teori
Pada
hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses tekanan yang menyebabkan
difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput
yang permeabel secara diferensial. Membran sel yang meloloskan molekul
tertentu, tetapi menghalangi molekul lain dikatakan permeabel secara
diferensial. Seperti dikatakan diatas, pelarut universal adalah air.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah
difusi air melalui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat
berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel
dan lingkungan adalah suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu
penamaan khusus yaitu osmosis (Salisbury
& Ross, 1995).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial
kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk
dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi
bebas daripada volume yang sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas
suatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1)
disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding
dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk
bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang
potensial kimianya lebih kecil (Sasmitamihardja, 1996).
Huruf
yunani psi (Ψ), digunakan untuk menyatakan potensial air dari suatu sistem,
apakah system itu berupa sampel tanah tempat tumbuhan, atau berupa suatu
larutan. Potensial air dinyatakan dalam bar. Pada umumnya nilai potensial air
dalam tumbuhan mempunyai nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga mempunyai
nilai yang negative. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar
sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel
tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks
sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen
yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Basahona,
2010).
Proses osmosis sangat berperan
dalam proses pengangkutan tumbuhan. Memungkinkan terjadinya penyerapan air dan
ion-ion dari dalam tanah yang nanti akan diedarkan keseluruh bagian
tumbuhan.Terjadinya pengangkutan itu akan menyababkan tekanan turgor
sel,sehingga mampu membesar dan mempunyai bentuk tertentu. Osmosis juga
memungkinkan terjadinya membuka dan menutupnya stomata.
Potensial air suatu sistem
menunjukkan kemampuannya untuk melakukan kerja dibandingkan dengan kemampuan
sejumlah murni yang setara, pada tekanan atmosfer dan pada suhu yang sama.
Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut dalam larutan
itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau tekanan pada larutan
meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja (jadi, potensial-air
larutan) juga meningkat (Salisbury
& Ross, 1995).
Potensial
air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran datat
yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan,
tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem.
Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur
dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir.
Komponen-komponen
potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :
Ψw
= Ψs + Ψp + Ψm
(PA
= PO + PT + PM)
Dimana
Ψw = potensial air suatu tumbuhan
Ψs = potensial osmotik
Ψp = potensial tekanan atau turgor
Ψm
= potensial matriks (Ismail, 2011).
Potensial
air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan
status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari
suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk
menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin
besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai
kandungan air lebih rendah (Basahona, 2010).
Tekanan
osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang
mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini kita
dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel. Dalam
keadaan insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan
tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis
dapat dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan (Lakitan, 2004).
Plasmolisis merupakan suatu
proses terlepasnnya membran plasma dari dinding sel. Hal tersebut dapat terjadi
bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipertonik (larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi isi sel) maka terjadilah
eksosmosis yaitu,keluarnya air dari isi sel keluar membran. Karena volume isi
berkurang dan dinding plasma bersifat permeabel, maka antar membran plasma dan
dinding sel terisi oleh larutan dari luar (Morigan, 2008).
c).
Masalah
Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum Tekanan Osmosis dan Potensial Air adalah
mengenai berapa tekanan osmosis cairan
sel serta berapa nilai potensial jaringan umbi kentang.
B.
TUJUAN
Tujuan praktikum Tekanan Osmosis Cairan Sel dan Potensial Air
kali
ini yaitu pada acara tekanan osmosis bertujuan untuk menghitung tekanan osmosis
cairan sel tumbuhan Rhoe discolor dan
pada acara penetapan potensial air jaringan tumbuhan bertujuan untuk mengukur
nilai potensial jaringan umbi kentang.
C.
MATERIAL DAN METODA
a).
Waktu dan Tempat
Melaksanakan praktikum Tekanan
Osmosis Cairan Sel dan Potensial Air ini
di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN pada hari Sabtu, 14 dan 21 April
2012 dari pukul 07.30 hingga pukul 09.30 WIB.
b).
Alat dan Bahan
1).
Tekanan Osmosis Cairan Sel
Pada praktikum Tekanan osmosis cairan sel
menggunakan bahan daun Rhoe discolor
yang masih segar, larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,26, 0,24, 0,22, 0,20,
0,18, 0,16, 0,14 M. Alat yang digunakan pada paktikum ini yaitu mikroskop,
pisau silet, pinset, neraca, pipet tetes, tabung reaksi, gelas objektif dan
penutup.
2).
Penetapan Potensial Air Jaringan
Tumbuhan
Pada praktikum potensial air menggunakan bahan
berupa umbi kentang, akuades, dan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,05
,0,10, 0,15, 0,20, 0,25, 0,30, 0,35, 0,40, 0,45, 0,50, dan 0,60 M. Adapun alat
yang digunakan yaitu cork borer dengan garis tengah 1 cm untuk membuat potongan
umbi kentang, pisau silet, timbangan analitik dan 12 tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet tetes, cawan petri, gelas ukur, dan spatula.
c).
Cara Kerja
1).
Tekanan Osmosis Cairan Sel
Langkah pertama yaitu menyiapkan 7 buah tabung
reaksi dan kemudian mengisinya dengan larutan sukrosa kira-kira 1/3 bagian,
satu tabung reaksi untuk satu konsentrasi. Kemudian praktikan menyayat lapisan
tipis epidermis berwarna ungu dengan menggunakan pisau silet. Usahakan
menyayatnya hanya selapis saja. Setelah itu memeriksa dengan mikroskop apakah
sayatan tersebut cukup baik untuk digunakan. Apabila cukup representatif,
masukkan sayatan ke dalam tabung reaksi dan praktikan kemudian mencatat waktu
mulai perendaman. Selanjutnya membiarkan sayatan dalam larutan selama 30 menit.
Setelah 30 menit, maka praktikan memeriksa sayatan epidermis tadi dari berbagai
konsentrasi gula dengan mikroskop. Lalu selanjutnya praktikan mencari larutan
gula dimana 50% dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Keadaan
ini disebut insipien plasmolisis,
dimana sel pada keadaan ini memiliki potensial osmotik sama dengan potensial
osmotik larutan yang digunakan. Dan langkah terakhir yaitu praktikan mencari
potensial osmotik sel pada insipien plasmolisis tersebut.
2).
Penetapan Potensial Air Jaringan
Tumbuhan
Langkah awal yaitu menyiapkan 12 buah tabung reaksi
diisi dengan 100 ml dengan larutan berikut: akuades, 0,05 molar sukrosa, 0,10
molar sukrosa, 0,15 molar sukrosa, 0,20 molar sukrosa, 0,25 molar sukrosa, 0,30
molar sukrosa, 0,35 molar sukrosa, 0,40 molar sukrosa, 0,45 molar sukrosa, 0,50
molar sukrosa dan 0,60 molar sukrosa. Kemudian melakukan tahap selanjutnya
harus dengan cepat. Yaitu membuat 12 silinder umbi kentang dengan cork borer
bergaris tengah 1 cm, masing-masing dengan panjang 4 cm. Praktikan
menghilangkan bagian luar kulitnya. Dan membuat silinder umbi kentang tersebut
sebaiknya dari satu umbi saja, kemudian meletakkannya disebuah wadah tertutup.
Dengan pisau silet, praktikan memotong silinder kentang menjadi irisan-irisan
tipis dengan tebal 1-2 mm. Selanjutnya membilas irisan kentang dengan akuades
dengan cepat dan mengeringkannya dengan kertas hisap dan kemudian menimbangnya.
Selanjutnya praktikan memasukkannya kedalam salah satu larutan sukrosa yang
telah disiapkan. Selanjutnya praktikan melakukan hal ini pada setiap silinder
kentang untuk masing-masing larutan berikutnya. Setelah tepat 2 jam direndam,
praktikan mengeluarkan irisan-irisan tersebut dari masing-masing tabung lalu
mengeringkannya dengan kertas hisap. Praktikan melakukan semua hal ini untuk
semua contoh percobaan. Selanjutnya untuk menghitung perubahan berat
menggunakan rumus berikut:
x 100%
Selanjutnya membuat grafik dan
plotkan persen perubahan berat pada ordinat dan konsentrasi larutan sukrosa
(dalam molar) pada absis. Potensial air jaringan dapat diperoleh setelah
terlebih dahulu menghitung potensial osmotik (ψs) untuk
masing-masing konsentrasi larutan sukrosa dan menggunakan rumus :
Dimana : -φs =
potensial air
I = konstanta ionisasi sukrosa = 1
R = konstanta gra (0.0831 bar/derajar mol)
T = suhu absolut (oC + 273)
Rumus diatas cukup digunakan
untuk menghitung potensial osmoti satu larutan sukrosa (ψs). Selanjutnya
potensial dari larutan-larutan lainnya dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus :
Kemudian menentukan konsentrasi
sukrosa yang tidak menghasilkan perubahan berat dengan menginterpolasikan dari
grafik. Dan menghitung ψs dari larutan ini. Nilai ψs
tersebut sebanding dengan potensial air (ψw) jaringan.
D.
DATA PENGAMATAN
a).
Tabel 1: Tekanan osmotik pada Rhoe discolor
Kelompok
|
Jumlah sel
awal
|
Konsentrasi
(M)
|
Persentase (%)
|
Jumlah sel
akhir
|
1
|
135
|
0,14
|
8,14%
|
124
|
2
|
72
|
0,16
|
81,9%
|
13
|
3
|
166
|
0,18
|
52,4%
|
79
|
4
|
66
|
0,20
|
96,4%
|
2
|
5
|
86
|
0,22
|
12,8%
|
75
|
6
|
55
|
0,24
|
32,73%
|
37
|
7
|
136
|
0,26
|
16,9%
|
113
|
Grafik
1: Perubahan Plasmolisis pada Rhoe
discolor
Perhitungan:
% perubahan
larutan (Molar) = x 100 %
% perubahan
larutan 0,14 M = x 100 % = 8,14 %
% perubahan
larutan 0,16 M = x 100 % = 81,9 %
% perubahan
larutan 0,18 M = x 100 % = 52,4 %
% perubahan
larutan 0,20 M = x 100 % = 96,4 %
% perubahan
larutan 0,22 M = x 100 % = 12,8 %
% perubahan
larutan 0,24 M = x 100 % = 32,73 %
% perubahan
larutan 0,26 M = x 100 % = 16,9 %
b).
Tabel 2: Potensial air umbi kentang (Solanum tuberosum) hasil pengamatan
kelompok II
Jenis larutan
|
Konsentrasi
(M)
|
Berat awal
(gr)
|
Berat akhir
(gr)
|
%perubahan=
|
Aquades
|
0
|
2,01
|
2,00
|
-0,50
|
|
0,05
|
2
|
1,98
|
-1
|
|
0,10
|
2.05
|
1,9
|
-7,32
|
|
0,15
|
2,02
|
1,89
|
-6,43
|
|
0,20
|
2,11
|
1,88
|
-10,9
|
Sukrosa
|
0,25
|
2,14
|
1,97
|
-7,94
|
|
0,30
|
2,06
|
1,95
|
-5,34
|
|
0,35
|
2,13
|
1,87
|
-12,21
|
|
0,40
|
2,06
|
1,88
|
-8,73
|
|
0,45
|
2,08
|
1,60
|
-23,07
|
|
0,50
|
2,04
|
1,91
|
-6,37
|
|
0,60
|
3,08
|
1,6
|
-48,05
|
Grafik
2 : Perubahan Potensial air umbi kentang (Solanum
tuberosum) hasil pengamatan kelompok II
Perhitungan:
%perubahan potensial air =
% perubahan akuades 0 M = = -0,50%
% perubahan akuades 0,05 M == -1%
% perubahan akuades 0,10 M == -7,32%
% perubahan akuades 0,15 M == -6,43%
% perubahan akuades 0,20 M == -10,9%
% perubahan sukrosa 0,25 M == -7,94%
% perubahan sukrosa 0,30 M == -5,34%
% perubahan sukrosa 0,35 M == -12,21%
% perubahan sukrosa 0,40 M == -8,73%
% perubahan sukrosa 0,45 M == -23,07%
% perubahan sukrosa 0,50 M == -6,37%
% perubahan sukrosa 0,60 M == -48,05%
E.
PEMBAHASAN
Pada praktikum mengenai Tekanan Osmosis Cairan Sel
dan Potensial Air yang dilakukan kali ini bertujuan untuk menghitung tekanan
osmosis cairan sel dan mengukur nilai potensial jaringan umbi kentang. Pada
acara Tekanan Osmosis menggunakan bahan berupa daun Rhoe discolor yang masih segar serta larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,26 M , 0,24 M , 0,22 M , 0,20 M , 0,18 M , 0,16 M , dan 0,14 M.
Alat yang digunakan yaitu mikroskop, pisau silet, pinset, neraca, pipet tetes,
tabung reaksi, gelas objektif dan penutup. Sedangkan untuk acara penetapan
potensial air jaringan tumbuhan menggunkan bahan berupa umbi kentang, akuades,
dan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,05 M ,0,10 M , 0,15 M , 0,20 M , 0,25
M , 0,30 M , 0,35 M , 0,40 M , 0,45 M , 0,50 M , dan 0,60 M. Adapun alat yang
digunakan yaitu cork borer dengan garis tengah 1 cm untuk membuat potongan umbi
kentang, pisau silet, timbangan analitik dan 12 tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet tetes, cawan petri, gelas ukur, dan spatula.
Pada acara Tekanan Osmosis oleh setiap kelompok daun Rhoe
discolor disayat tipis dan diambil lapisan tipis epidermisnya untuk
kemudian dimasukkan ke dalam konsentrasi
sukrosa berbeda yang telah ditentukan. Kelompok kami sendiri yakni kelompok II
merendam sayatan lapisan epidermis daun Rhoe
discolor dalam konsentrasi 0,16 M.
Sayatan tersebut di rendam selama 30 menit. Setelah 30 menit maka
sayatan epidermis tersebut selanjutnya diamati dengan mikroskop. Kemudian dari
hasil percobaan yang dilakukan masing-masing kelompok dicari larutan sukrosa
dimana 50% dari jumlah sel epidermis
tadi telah terplasmolisis, dimana keadaan ini disebut insipien plasmolisis. Dan
selanjutnya maka dilakukan penentuan potensial osmotik sel pada insipien
plasmolisis tersebut.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada
acara Tekanan Osmosis diperoleh hasil bahwa kelompok yang memiliki nilai
persentase mendekati keadaan insipien plasmolisis adalah kelompok III yaitu
dengan persentase 52,4% dimana jumlah sel awal 166, jumlah sel akhir 79, serta
konsentrasi sukrosa 0,18 M.
Jadi kelompok III hanya mendekati insipien plasmolisis
sebab menurut Lakitan (2004) dalam keadaan insipien plasmolisis tekanan osmosis
cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel
tersebut direndam. Jadi seharusnya keadaan insipien plasmolisis yaitu dimana
diperoleh persentase 50% dari jumlah sel epidermis telah terplasmolisis dalam
larutan gula. Menurut Morigan (2008) plasmolisis merupakan suatu
proses terlepasnya membran plasma dari dinding sel. Hal tersebut dapat terjadi
bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipertonik (larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi isi sel) maka terjadilah
eksosmosis yaitu,keluarnya air dari isi sel keluar membran.
Pada acara
selanjutnya yaitu penetapan potensial air jaringan tumbuhan menggunakan umbi
kentang (Solanum tuberosum) yang
kemudian dibentuk silinder dengan panjang 4 cm sebanyak 12 batang oleh
bantuan cork borer. Selanjutnya silinder kentang tersebut di iris
kembali kecil-kecil dengan tebal sekitar 2 mm. Kemudian irisan tersebut dibilas
dengan akuades, dikeringkan dengan tisu dan ditimbang. Kemudian barulah
dimasukkan kedalam tabung berisi akuades dan larutan sukrosa dengan konsentrasi
berbeda yang telah ditentukan. Irisan kentang tersebut direndam selama 2 jam
dalam masing-masing tabung. Setelah 2
jam maka irisan kentang tersebut ditimbang kembali. Kemudian setelah mengetahui
berat awal maupun berat akhir dari irisan kentang tersebut maka ditentukan
%perubahan berat dari irisan kentang tersebut dengan menggunakan rumus:
x 100%
Dari hasil
percobaan yang dilakukan tersebut ditentukan pada konsentrasi mana irisan
kentang tersebut tidak mengalami perubahan berat. Tidak adanya perubahan berat
yang terjadi tersebut menandakan bahwa nilai potensial solute tersebut
sebanding dengan potensial air jaringan.
Pada percobaan yang
dilakukan kelompok kami semua irisan kentang mengalami perubahan berat. Namun
pada akuades 0 M terdapat % perubahan berat hanya -0,50 saja. Dengan berat awal
irisan kentang yaitu 2,01 gr sedangkan berat akhirnya 2,00 gr. Jadi hanya
terjadi sedikit perubahan berat pada konsentrasi akuades 0 M. Hasil ini terjadi
kekeliruan dimana seharusnya apabila irisan kentang direndam dalam akuades,
berat irisan tersebut seharusnya bertambah bukannya berkurang seperti hasil
percobaan yang didapatkan. Hal ini dikarenakan akuades terutama yang memiliki
konsentrasi 0 M memiliki potensial air yang paling besar. Ini dikarenakan tidak
adanya zat terlarut pada akuades tersebut. Sehingga apabila irisan kentang
dimasukkan kedalamnya, otomatis air akuades yang berpotensial tinggi akan masuk
kedalam kentang yang memiliki potensial yang jauh lebih besar hal ini
menyebabkan pada saat ditimbang kembali setelah direndam 2 jam seharusnya
irisan kentang tersebut menjadi bertambah berat. Kesalahan ini dapat disebabkan
ketidaktelitian praktikan dalam menimbang irisan kentang.
Sebaliknya pada larutan sukrosa
seharusnya irisan kentang yang direndam didalamnya memiliki berat awal yang
lebih besar dibandingkan dengan berat akhir. Dan semakin tinggi konsentrasi
sukrosa yang digunakan, maka seharusnya berat irisan kentang semakin banyak
berkurang. Ini dikarenakan larutan sukrosa memiliki potensial air yang rendah
dikarenakan banyaknya zat terlarut didalamnya.
Sehingga air dari irisan kentang yang memiliki potensial jauh lebih
tinggi akan keluar menuju larutan sukrosa yang potensial airnya rendah. Inilah
yang menyebabkan berat irisan kentang mengalami pengurangan saat ditimbang
kembali setelah direndam di larutan sukrosa.
Tidak terjadinya perubahan berat irisan kentang pada suatu konsentrasi
menandakan bahwa nilai potensial solute (Ψs) sebanding
dengan potensial air (Ψw) jaringan.
Dari hasil percobaan diperoleh
grafik % perubahan potensial air pada irisan kentang yang direndam dalam
akuades dan larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi sebagai berikut:
Dari grafik tersebut terbukti bahwa dalam
konsentrasi akudes dan larutan sukrosa yang semakin tinggi maka irisan kentang
akan mengalami pengurangan berat yang semakin besar karena air dari kentang
akan keluar menuju larutan yang berkonsentrasi zat terlarut tinggi.
F.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa pada setiap kelompok tidak ada yang mengalami insipien
plasmolisis yaitu larutan sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe discolor telah terplasmolisis. Sel
pada keadaan insipien plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan
potensial osmotik larutan yang digunakan. Walaupun tidak ada kelompok yang
benar-benar mengalami insipien plasmolisis namun ada satu diantara kelompok
yang mendekati keadaan tersebut yakni kelompok III dengan persentase 52,4%
yakni dengan konsentrasi sukrosa 0,18 M.
Pada acara penetapan potensial air jaringan tumbuhan
diperoleh hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan akuades dan sukrosa
yang di gunakan akan membuat berat irisan kentang yang direndam didalamnya
semakin berkurang dikarenakan air dari kentang yang memiliki potensial tinggi
keluar dari sel menuju ke lingkungan berupa larutan berkonsentri sehingga
apabila ditimbang berat kentang akan mengalami penyusutan.
Pada akuades dengan konsentrasi 0 M hampir tidak
terdapat perubahan berat pada irisan kentang sebelum dan setelah direndam.
Berat awal irisan kentang yaitu 2,01 gr
sedangkan berat akhirnya 2,00 gr. Hanya terjadi perubahan berat sebesar 0,01
gr. Tidak terjadinya perubahan berat
irisan kentang tersebut pada konsentrasi
tertentu menandakan bahwa nilai potensial solute (Ψs)
sebanding dengan potensial air (Ψw) jaringan.
Rekomendasi yang dapat saya ajukan adalah sebaiknya
dalam mengiris kentang dan menimbangnya dilakukan secara teliti agar didapatkan
hasil yang akurat dan sesuai dengan teori.
DAFTAR
PUSTAKA
Basahona,
Sumanto. 2010. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengukuran Potensial Air
Jaringan Tumbuhan.(Online) http://basahona.blogspot.com/2010/12
/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan.html.(Diakses tanggal 27 April 2012).
Ismail dan Abdul Muis. 2011. Penuntun
Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar: UNM.
Lakitan,
Benjamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Morigan, Benny. 2008. Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel. http://bennymorigan.blogspot.com/2008/03/penentuan-tekanan-osmosis-cairan-sel.html. ( Diakses 27 April 2012).
Salisbury, Frank B.
& Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
LAMPIRAN
a).
Tabel 1: Tekanan osmotik pada Rhoe
discolor
Kelompok
|
Jumlah sel
awal
|
Konsentrasi
(M)
|
Persentase (%)
|
Jumlah sel
akhir
|
1
|
135
|
0,14
|
8,14%
|
124
|
2
|
72
|
0,16
|
81,9%
|
13
|
3
|
166
|
0,18
|
52,4%
|
79
|
4
|
66
|
0,20
|
96,4%
|
2
|
5
|
86
|
0,22
|
12,8%
|
75
|
6
|
55
|
0,24
|
32,73%
|
37
|
7
|
136
|
0,26
|
16,9%
|
113
|
Perhitungan:
% perubahan
larutan (Molar) = x 100 %
% perubahan
larutan 0,14 M = x 100 % = 8,14 %
% perubahan
larutan 0,16 M = x 100 % = 81,9 %
% perubahan
larutan 0,18 M = x 100 % = 52,4 %
% perubahan
larutan 0,20 M = x 100 % = 96,4 %
% perubahan
larutan 0,22 M = x 100 % = 12,8 %
% perubahan
larutan 0,24 M = x 100 % = 32,73 %
% perubahan
larutan 0,26 M = x 100 % = 16,9 %
b).
Tabel 2: Potensial air umbi kentang (Solanum tuberosum) hasil pengamatan
kelompok II
Jenis larutan
|
Konsentrasi
(M)
|
Berat awal
(gr)
|
Berat akhir
(gr)
|
%perubahan=
|
Aquades
|
0
|
2,01
|
2,00
|
-0,50
|
|
0,05
|
2
|
1,98
|
-1
|
|
0,10
|
2.05
|
1,9
|
-7,32
|
|
0,15
|
2,02
|
1,89
|
-6,43
|
|
0,20
|
2,11
|
1,88
|
-10,9
|
Sukrosa
|
0,25
|
2,14
|
1,97
|
-7,94
|
|
0,30
|
2,06
|
1,95
|
-5,34
|
|
0,35
|
2,13
|
1,87
|
-12,21
|
|
0,40
|
2,06
|
1,88
|
-8,73
|
|
0,45
|
2,08
|
1,60
|
-23,07
|
|
0,50
|
2,04
|
1,91
|
-6,37
|
|
0,60
|
3,08
|
1,6
|
-48,05
|
Perhitungan:
%perubahan potensial air =
% perubahan akuades 0 M = = -0,50%
% perubahan akuades 0,05 M == -1%
% perubahan akuades 0,10 M == -7,32%
% perubahan akuades 0,15 M == -6,43%
% perubahan akuades 0,20 M == -10,9%
% perubahan sukrosa 0,25 M == -7,94%
% perubahan sukrosa 0,30 M == -5,34%
% perubahan sukrosa 0,35 M == -12,21%
% perubahan sukrosa 0,40 M == -8,73%
% perubahan sukrosa 0,45 M == -23,07%
% perubahan sukrosa 0,50 M == -6,37%
% perubahan sukrosa 0,60 M == -48,05%
0 komentar:
Posting Komentar