[Laporan Genetika] PENGUJIAN HIPOTESA MENDEL PADA PENYILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID TERKAIT SIFAT DOMINAN DAN INTERMEDIET
>> Selasa, 16 April 2013
PENGUJIAN HIPOTESA
MENDEL PADA PENYILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID TERKAIT SIFAT DOMINAN DAN
INTERMEDIET
ABSTRAK
Praktikum ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh
gamet akan bertemu secara acak serta untuk melakukan pengujian lewat tes x2.
Pada praktikum ini menggunakan kancing plastik yang diasumsikan sebagai gamet
yang dimasukkan ke dalam amplop cokelat yang diasumsikan sebagai alat kelamin.
Setelah itu dilakukan imitasi persilangan monohibrid dominan, monohibrid
intermediet, dihibrid dominan, dan dihibrid intermediet untuk membuktikan
nisbah Mendel. Persilangan dilakukan menurut data kelas dan individu. Hasil persilangan
monohibrid dominan untuk data kelas menghasilkan fenotif merah 235 dan fenotip
putih 85, persilangan monohibrid intermediet untuk data kelas menghasilkan
fenotip merah 88, fenotip pink 149, dan fenotip putih 83, persilangan dihibrid
dominan untuk data kelas menghasilkan fenotip merah tinggi 181, putih tinggi
58, merah pendek 61, dan putih pendek 20, serta persilangan dihibrid
intermediet data kelas menghasilkan fenotip merah tinggi 19, pink tinggi 39,
merah sedang, 52, pink sedang 91, putih tinggi 17, putih sedang 38, merah
pendek 32, pink pendek 57 dan putih pendek15. Untuk data individu pada
persilangan monohibrid dominan menghasilkan fenotip merah 7 dan fenotip putih
3, persilangan monohibrid intermediet menghasilkan fenotif merah 0, pink 7, dan
putih 3, persilangan dihibrid dominan menghasilkan fenotip merah tinggi 5,
merah pendek 2, putih tinggi 3 dan putih pendek 0, serta persilangan dihibrid
intermediet menghasilkan fenotip merah tinggi 19, pink tinggi 39, merah sedang
52, pink sedang 91, putih tinggi 17, putih sedang 38, merah pendek 32, pink
pendek 57, dan putih pendek 15. Dari percobaan diperoleh hasil semua jenis
persilangan sesuai dengan nisbah Mendel setelah dianalisis dengan uji chi
kuadrat
Kata Kunci:Persilangan, Monohibrid, Dihibrid,
Dominan, Intermediet, Monohibrid Dominan, Monohibrid Intermediet, Dihibrid
Dominan, Dihibrid Intermediet, Hukum Mendel
PENDAHULUAN
Banyak sifat pada tanaman, binatang dan
mikroba yang diatur oleh satu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa
pasangan-pasangan alel dan masing-masing orang tua mewariskan satu alel dari
satu pasangan gen tadi kepada keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal
dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum
pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke
generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti
mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam
populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau
lebih (Crowder, 1990).
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua
spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat
berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum
ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan.”
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada
saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan
monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui
sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi
asam nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu
hanya factor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu
memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada
kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing
pergi ke satu gamet (Yatim,1986).
Mendel dalam percobaan-percobaannya kadang dapat
mengetahui bahwa ada gen-gen yang tidak dominant dan tidak resesif pula. Dengan
perkataan lain gen tesebut tidak memperlihatkan sifat dominan sepenuhnya.
Akibat keturunan dari perkawinan individu dengan satu sifat beda akan mempunyai
sifat antara dari kedua induknya. Sifat demikian itu dinamakan Sifat
Intermediet (Suryo,1996).
Individu heterozigot (F1)
menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya
mempunyai alel resesif a (Crowder,
1990).
Dalam suatu
percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada
penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih
bisa kita terima. Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan
itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan
genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-square (Tjan,1990).
Untuk
mengevaluasi sebuah hipotesis genetik, kita memerlukan sebuah uji yang dapat
mengkonversi penyimpangan-penyimpangan dari nilai-nilai yang diharapkan,
menjadi probabilitas bahwa perbedaan-perbedaan terjadi akibat kebetulan. Lebih
lanjut, uji itu haruslah mempertimbangkan juga ukuran sampel dan jumlah
variabel (derajat kebebasan). Uji chi-kuadrat (dibaca kai-kuadrat, disimbolkan
sebagai x2)
melibatkan semua faktor tersebut (Elrod
& Stansfield, 2002).
Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu
kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen
juga didasarkan pada hukum peluang. Rasio persilangan Heterozigot adalah 3:1
jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh. Jika terjadi persilangan
dan hasilnya tidak sesuai dengan teori, kita dapat menguji penyimpangan ini
dengan uji Chi-square dengan rumus sebagai berikut:
X 2 = ∑ (O-E)2
E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E= Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Didjosepoetro, 1974)
METODE
Monohibrid dominan
Kantong atau
amplop berwarna cokelat yang diasumsikan sebagai alat kelamin yang sebelumnya
telah diisi kancing genetika (kancing plastik) yang berukuran sama tetapi
warnanya berlainan yang diasumsikan sebagai gamet digojok. Kemudian diambil
satu kancing dari masing-masing kantong bertuliskan monohibrid. Pada tes
monohibrid terdapat 5 kancing merah dan 5 kancing putih pada setiap kantong
yang diasumsikan sebagai gamet jantan dan gamet betina. Dianggap warna merah
merupakan gen M (dominan), sedangkan warna putih merupakan gen m (resesif).
Dicatat gentotif dan fenotif yang terbentuk. Dilakukan 10 ulangan untuk setiap
individu. Selanjutnya digabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji
x2.
Monohibrid
intermediet
Diulangi
prosedur pada pengerjaan untuk monohibrid dominan, namun kali ini dianggap
persilangan yang terjadi adalah intermediet. Jadi dari hasil persilangan Mm
>< Mm akan didapatkan kemungkinan F1 berupa MM (merah), Mm (merah muda/
pink), dan mm(putih). Alel Mm (merah muda) tersebut yang dinamakan sebagai
intermediat. Dicatat gentotif dan fenotif yang terbentuk. Dilakukan 10 ulangan
untuk setiap individu. Selanjutnya digabungkan dengan data kelas. Dianalisis
menggunakan uji x2.
Dihibrid dominansi penuh
Kantong atau
amplop berwarna cokelat digojog. Kantong tersebut sebelumnya telah diisi
kancing genetika (kancing plastik) berwarna merah (M) yang mewakili gen dominan
merah dengan alelnya kancing berwarna
putih (m), dan kancing berwarna kuning (N) mewakili gen dominan tinggi dengan
alelnya kancing berwarna hijau (n) yang mewakili gen resesif pendek. Dicatat
genotif dan fenotif yang terbentuk. Dilakukan 10 ulangan untuk setiap individu,
selanjutnya digabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji x2.
Dihibrid intermediet
Diulangi
prosedur pada pengerjaan percobaan untuk monohibrid dominan, namun kali ini
dianggap persilangan yang terjadi adalah intermediet. Jadi dari hasil
persilangan MmNn >< MmNn akan didapatkan kemungkinan F1 berupa MMNN
(merah batang tinggi), MmNN (pink batang tinggi), mmNN (putih batang tinggi), MmNn
(pink batang sedang), MMNn (merah batang sedang), mmNn (putih batang sedang),
Mmnn (pink batang rendah), MMnn (merah batang rendah), dan mmnn (putih batang
rendah). Dicatat gentotif dan fenotif yang terbentuk. Dilakukan 10 ulangan
untuk setiap individu. Selanjutnya digabungkan dengan data kelas. Dianalisis
menggunakan uji x2.
HASIL
a). Tabel 1. Data Kelas Monohibrid Dominan
Fenotip
|
Yang
didapatkan
|
Yang
diharapkan
|
Ratio
Mendel
|
Merah
|
235
|
240
|
3
|
Putih
|
85
|
80
|
1
|
b)
Tabel
2. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Monohibrid dominan
Fenotip
|
O
|
E
|
O - E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah
|
235
|
240
|
-5
|
25
|
0,1042
|
Putih
|
85
|
80
|
5
|
25
|
0,3125
|
|
|
|
|
|
X2hitung = 0,4167
|
Nilai X2hitung dibandingkan dengan
nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip
dikurangi satu = 2 – 1 = 1
Jadi X2tabel (0.05) = 3,84. Karena X2hitung
= 0,4167 < X2tabel = 3,84, Maka hasil
persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena
faktor kebetulan.
c)
Tabel
3. Data Kelas Monohibrid Intermediet
Fenotip
|
Yang didapatkan
|
Yang diharapkan
|
Ratio
Mendel
|
Merah
|
88
|
80
|
1
|
Pink
|
149
|
160
|
2
|
Putih
|
83
|
80
|
1
|
d)
Tabel
4. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Monohibrid intermediet
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah
|
88
|
80
|
8
|
64
|
0,80
|
Pink
|
149
|
160
|
-11
|
121
|
0,76
|
Putih
|
83
|
80
|
3
|
9
|
0,11
|
|
|
|
|
|
X2hitung = 1,67
|
Nilai X2hitung dibandingkan dengan
nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip
dikurangi satu = 3 – 1 = 2.
Jadi X2tabel(0.05) = 5,99. Karena X2hitung
= 1,67 < X2tabel = 5,99, Maka hasil persilangan
yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor
kebetulan.
e)
Tabel
5. Data Dihibrid Dominansi Penuh
Fenotif
|
Yang didapatkan
|
Yang diharapkan
|
Ratio Mendel
|
Merah, Tinggi
|
181
|
180
|
9
|
Putih, Tinggi
|
58
|
60
|
3
|
Merah, Pendek
|
61
|
60
|
3
|
Putih, Pendek
|
20
|
20
|
1
|
f)
Tabel
6. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Dihibrid Dominan
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah,Tinggi
|
181
|
180
|
1
|
1
|
0,005
|
Merah, Pendek
|
58
|
60
|
-2
|
4
|
0,067
|
Putih, Tinggi
|
61
|
60
|
1
|
1
|
0,017
|
Putih, Pendek
|
20
|
20
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
|
|
X2hitung = 0,089
|
Nilai X2hitung dibandingkan dengan
nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip
dikurangi satu = 4 – 1 = 3.
Jadi X2tabel(0.05) = 7,82. Karena X2hitung
= 0,089 < X2tabel = 7,82, Maka hasil persilangan
yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor
kebetulan.
g)
Tabel
7. Data Dihibrid intermediet
Fenotip
|
Yang
didapatkan
|
Yang
diharapkan
|
Ratio
Mendel
|
Merah,
Tinggi
|
19
|
22,5
|
1
|
Pink,
Tinggi
|
39
|
45
|
2
|
Merah,
Sedang
|
52
|
45
|
2
|
Pink,
Sedang
|
91
|
90
|
4
|
Putih,
Tinggi
|
17
|
22,5
|
1
|
Putih,
Sedang
|
38
|
45
|
2
|
Merah,
Pendek
|
32
|
22,5
|
1
|
Pink,
Pendek
|
57
|
45
|
1
|
Putih,
Pendek
|
15
|
22,5
|
2
|
h)
Tabel
8. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Dihibrid intermediet
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah, Tinggi
|
19
|
22.5
|
-3.5
|
12.25
|
0.5444
|
Pink, Tinggi
|
39
|
45
|
-6
|
36
|
0.8
|
Merah, Sedang
|
52
|
45
|
7
|
49
|
1.0888
|
Pink, Sedang
|
91
|
90
|
1
|
1
|
0.0111
|
Putih, Tinggi
|
17
|
22.5
|
-5.5
|
30.25
|
1.3444
|
Putih, Sedang
|
38
|
45
|
-7
|
49
|
1.0888
|
Merah, Pendek
|
32
|
22.5
|
9.5
|
90.25
|
4.0111
|
Pink, Pendek
|
57
|
45
|
12
|
144
|
3.2
|
Putih, Pendek
|
15
|
22.5
|
-7.5
|
56.25
|
2.5
|
|
|
|
|
|
X2hitung = 14.5886
|
Nilai X2hitung dibandingkan dengan
nilai X2tabel,
nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi
satu = 9 – 1 = 8.
Jadi X2tabel(0.05) = 15,507. Karena X2hitung
= 14.5886 < X2tabel = 15,507, Maka hasil
persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.
i)
Tabel
9. Data Individu Monohibrid Dominan
(Anastasia Ervina)
Fenotif
|
Yang didapatkan
|
Yang diharapkan
|
Ratio
Mendel
|
Merah
|
7
|
7,5
|
3
|
Putih
|
3
|
2,5
|
1
|
j)
Tabel
10. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Monohibrid Dominan
(Anastasia Ervina)
Fenotip
|
O
|
E
|
O - E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah
|
7
|
7,5
|
-0,5
|
0,25
|
0,03
|
Putih
|
3
|
2,5
|
0,5
|
0,25
|
0,10
|
|
|
|
|
|
X2hitung = 0,13
|
Nilai X2hitung dibandingkan dengan
nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip
dikurangi satu = 2 – 1 = 1
Jadi X2tabel (0.05) = 3,84. Karena X2hitung
= 0,13< X2tabel = 3,84, Maka hasil persilangan
yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor
kebetulan.
k)
Tabel
11. Data Individu Monohibrid Intermediet
(Anastasia Ervina)
Fenotip
|
Yang didapatkan
|
Yang diharapkan
|
Ratio
Mendel
|
Merah
|
0
|
2,5
|
1
|
Pink
|
7
|
5
|
2
|
Putih
|
3
|
2,5
|
1
|
l)
Tabel
12. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Monohibrid Intermediet
(Anastasia Ervina)
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah
|
0
|
2,5
|
-2,5
|
6,25
|
2,5
|
Pink
|
7
|
5
|
2
|
4
|
0,8
|
Putih
|
3
|
2,5
|
0,5
|
0,25
|
0,1
|
|
|
|
|
|
X2hitung = 3,4
|
Nilai X2hitung dibandingkan dengan
nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip
dikurangi satu = 3 – 1 = 2.
Jadi
X2tabel(0.05) = 5,99. Karena X2hitung =
3,4 < X2tabel = 5,99, Maka hasil persilangan yang
diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor
kebetulan.
m)
Tabel
13. Data Individu Dihibrid Dominan (Anastasia Ervina)
Fenotip
|
Yang
didapatkan
|
Yang
diharapkan
|
Ratio
Mendel
|
Merah,
Tinggi
|
5
|
5,625
|
9
|
Merah,
Pendek
|
2
|
1,875
|
3
|
Putih,
Tinggi
|
3
|
1,875
|
3
|
Putih,
Pendek
|
0
|
0,625
|
1
|
n)
Tabel
14. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Dihibrid Dominan
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah,Tinggi
|
5
|
5,625
|
-0,625
|
0,391
|
0,069
|
Merah, Pendek
|
2
|
1,875
|
0,125
|
0,016
|
0,008
|
Putih, Tinggi
|
3
|
1,875
|
1,125
|
1,265
|
0,675
|
Putih, Pendek
|
0
|
0,625
|
-0,625
|
0,391
|
0,625
|
|
|
|
|
|
X2hitung = 1,377
|
Nilai X2hitung dibandingkan dengan
nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip
dikurangi satu = 4 – 1 = 3.
Jadi X2tabel(0.05) = 7,82. Karena X2hitung
= 1,377 < X2tabel = 7,82, Maka hasil persilangan
yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor
kebetulan.
o)
Tabel 15. Data Individu
Dihibrid Intermediet (Anastasia Ervina)
Fenotip
|
Yang
didapatkan
|
Yang
diharapkan
|
Ratio
Mendel
|
Merah, Tinggi
|
0
|
0,625
|
1
|
Pink, Tinggi
|
2
|
1,25
|
2
|
Merah ,Sedang
|
0
|
1,25
|
2
|
Pink, Sedang
|
3
|
2,5
|
4
|
Putih, Tinggi
|
0
|
0,625
|
1
|
Putih, Sedang
|
0
|
1,25
|
2
|
Merah,Pendek
|
1
|
0,625
|
1
|
Pink,Pendek
|
3
|
0,625
|
1
|
Putih, Pendek
|
1
|
1,25
|
2
|
Perbandingan
fenotip:
MMNN:MmNN:
MMNn : MmNn: mmNN : mmNn: MMnn: Mmnn: mmnn
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 1 : 2
p)
Tabel
16. Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Dihibrid intermediet
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah, Tinggi
|
0
|
0,625
|
-0,625
|
0,39
|
0,63
|
Pink, Tinggi
|
2
|
1,25
|
0,75
|
0,56
|
0,45
|
Merah ,Sedang
|
0
|
1,25
|
-1,25
|
1,56
|
1,25
|
Pink, Sedang
|
3
|
2,5
|
0,5
|
0,25
|
0,10
|
Putih, Tinggi
|
0
|
0,625
|
-0,625
|
0,39
|
0,62
|
Putih, Sedang
|
0
|
1,25
|
-1,25
|
1,56
|
1,25
|
Merah,Pendek
|
1
|
0,625
|
0,375
|
0,14
|
0,22
|
Pink,Pendek
|
3
|
0,625
|
2,375
|
5,64
|
9,02
|
Putih, Pendek
|
1
|
1,25
|
-0,25
|
0,06
|
0,05
|
|
|
|
|
|
X2hitung = 13,59
|
Nilai X2hitung dibandingkan dengan
nilai X2tabel, nilai derajat bebas (DB) merupakan
banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 9 – 1 = 8.
Jadi X2tabel(0.05) = 15,507. Karena X2hitung
= 13,59 < X2tabel = 15,507, maka hasil
persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.
Adapun deviasi yang terjadi
karena faktor kebetulan.
PEMBAHASAN
Praktikum ini
dilakukan untuk membuktikan hipotesis Mendel mengenai perbandingan sifat
genetis yang khusus dan nyaris selalu sama pada setiap percobaan (uji) dengan
pengulangan tertentu. Percobaan ini dilakukan melalui empat jenis imitasi persilangan
yakni monohibrid dominan penuh, monohibrid intermediet, dihibrid dominan penuh
dan dihibrid intermediet. Selain itu, data yang digunakan untuk setiap
persilangan menggunakan data kelas dan data individu.
Menurut Elrod
& Stansfield (2002), untuk mengevaluasi sebuah hipotesis genetik, kita
memerlukan sebuah uji yang dapat mengkonversi penyimpangan-penyimpangan dari
nilai-nilai yang diharapkan, menjadi probabilitas bahwa perbedaan-perbedaan
terjadi akibat kebetulan. Lebih lanjut, uji itu haruslah mempertimbangkan juga
ukuran sampel dan jumlah variabel (derajat kebebasan). Uji chi-kuadrat (dibaca
kai-kuadrat, disimbolkan sebagai x2) melibatkan
semua faktor tersebut.
Jadi, setelah mendapatkan data dari hasil persilangan,
maka data tersebut diuji menggunakan uji chi-kuadrat (x2).
Pada
imitasi persilangan monohibrid dominan penuh untuk data kelas, diperoleh
fenotif merah sebanyak 235 dan fenotip putih sebanyak 85. Akan tetapi menurut
hipotesis Mendel pada persilangan monohibrid dominan memiliki ratio fenotif
merah dan putih sebesar 3 : 1 sehingga dari 320 pengulangan pada data kelas,
seharusnya memiliki fenotif merah yang diharapkan sebanyak 240 dan fenotip putih sebanyak 80. Akan tetapi menurut Tjan (1990),
dalam suatu percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu
saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan
yang masih bisa kita terima. Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat
kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan.
Apabila
pada suatu persilangan monohibrid dominan diperoleh rasio 3:1 maka menjelaskan
berlakunya hukum Segregasi Mendel. Menurut hukum segregasi Mendel, kedua alel
untuk setiap karakter berpisah selama produksi gamet. Pada persilangan, ketika
alel terpisah, setengah dari gamet-gamet mendapatkan alel warna merah dan yang
lainnya mendapatkan alel warna putih. Kemudian gamet-gamet tersebut nantinya
akan bersatu secara acak (random). Jadi setiap alel tersebut nantinya
berpeluang untuk menghasilkan kombinasi yang sama besar.
Adapun
kombinasi alel yang didapatkan dari persilangan yaitu MM (Merah dominan penuh),
Mm (Merah dominan resesif) dan mm (putih).
Setelah
dianalisis dengan uji chi-kuadrat (x2),
pada persilangan monohibrid dominan untuk data kelas ini diperoleh bahwa X2hitung
= 0,4167 < X2tabel = 3,84 sehingga didapatkan
kesimpulan bahwa hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka
deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.
Sama seperti
pada data kelas yang setelah diuji dengan uji chi-kuadrat (x2)
memenuhi nisbah Mendel, pada data individu diperoleh X2hitung
= 0,13< X2tabel = 3,84. Akan tetapi pada data
individu dilakukan hanya sebanyak 10 kali pengulangan sehingga menghasilkan 7
fenotip merah dan 3 fenotip putih.
Pada percobaan
persilangan monohibrid intermediet untuk data kelas diperoleh fenotip merah
sebanyak 88, pink 149, dan putih 83. Sementara menurut hipotesis Mendel pada
persilangan monohibrid intermediet memiliki ratio 1: 2 : 1, sehingga seharusnya
memiliki fenotif merah sebanyak 80, pink 160 dan putih 80. Dari pengujian
dengan chi-kuadrat (x2)
diperoleh hasil X2hitung = 1,67 < X2tabel
= 5,99, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel. Deviasi yang
terjadi karena faktor kebetulan.
Untuk
data individu, tidak diperoleh fenotip berwarna merah, melainkan fenotip pink
yang berjumlah 7 dan putih yang berjumlah 3. Sementara hasil yang diharapkan
sesuai dengan ratio Mendel yaitu fenotip merah sebanyak 2,5, pink sebanyak 5
dan putih sebanyak 2,5. Setelah dianalisis dengan uji chi-kuadrat, diperoleh X2hitung
= 3,4 < X2tabel = 5,99, sehingga hasil
persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena
faktor kebetulan.
Pada
persilangan dihibrid dominan penuh untuk data kelas, diperoleh fenotip merah
tinggi sebanyak 181, merah pendek 58, putih tinggi 61, dan putih pendek 20.
Setelah dianalisis, pada persilangan ini diketahui X2hitung =
0,089 < X2tabel = 7,82 sehingga hasil persilangan yang
diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan
Untuk data
individu, setelah dianalisis diperoleh hasil bahwa X2hitung
= 1,377 < X2tabel = 7,82, sehingga hasil
persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena
faktor kebetulan.
Pada
imitasi persilangan dihibrid intermediet untuk data kelas didapat fenotip merah
tinggi sebanyak 19, pink tinggi 39, merah sedang 52, pink sedang 91, putih
tinggi 17, putih sedang 38, merah pendek 32, pink pendek 57, dan putih pendek
15. Setelah diuji dengan chi-kuadrat (X2), diperoleh hasil yaitu X2hitung
= 14,5886 < X2tabel = 15,507 sehingga hasil
persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.
Untuk
data individu juga didapatkan kesimpulan yang sama yaitu hasil persilangan yang
memenuhi nisbah Mendel dikarenakan hasil dari X2hitung =
13,59 < X2tabel = 15,507 sehingga deviasi yang terjadi
karena faktor kebetulan.
Dari
semua percobaan imitasi persilangan yang dilakukan, baik menurut data kelas
maupun data pribadi telah sesuai dengan hukum (nisbah) Mendel. Pada perobaan
persilangan monohibrid dominan maupun intermediet telah sesuai dengan Hukum Segregasi Mendel dan pada persilangan dihibrid
dominan maupun intermediet telah sesuai
dengan Hukum Independent
Assortment yang dicetuskan Mendel. Hal tersebut berdasarkan uji
chi-kuadrat (X2) sehingga diperoleh hasil untuk semua persilangan, X2hitung
< X2tabel. Adapun deviasi-deviasi yang terjadi
murni karena faktor kebetulan.
Selain
itu sebaiknya dalam penggunaan uji chi kuadrat mengambil sampel yang cukup
besar, hal ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa terdapat kesamaan antara nisbah Mendel dengan hasil imitasi
persilangan yang dilakukan. Jadi penggunaan data kelas dianggap jauh lebih
dapat memberikan data yang baik pada penggunaan uji chi-kuadrat apabila
dibandingkan dengan penggunaan data individu yang hanya terbatas pada 10 kali
pengulangan saja.
KESIMPULAN
Dari praktikum
ini dapat disimpulkan bahwa pada semua imitasi persilangan yang dilakukan,
yaitu monohibrid dominan, monohibrid intermediet, dihibrid dominan, dan
dihibrid intermediet baik pada data kelas maupun data individu sesuai dengan
nisbah Mendel setelah dianalisis dengan uji chi kuadrat. Jadi pada persilangan
imitasi ini dapat terlihat adanya kesamaan ratio yang ditetapkan Mendel pada Hukum Segregasinya untuk persilangan monohibrid dan Hukum Independent Assortment pada persilangan dihibrid. Adapun deviasi yang
terjadi disebabkan oleh faktor kebetulan. Selain itu penggunaan data kelas
dianggap dapat memberikan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan data
individu karena lebih dapat memberi gambaran terhadap adanya kesamaan antara
nisbah Mendel dengan hasil percobaan yang didapatkan. Hal ini disebabkan pada
data kelas lebih banyak menggunakan pengulangan yakni sebanyak 320 kali
sedangkan pada data individu hanya terbatas pada 10 kali pengulangan saja.
REFERENSI
Crowder, L.V.
1990. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Didjosepoetro.
1974. Pengantar Genetika. Jakarta:
Depdikbud.
Elrod &
Stansfield. 2002. Schaum’s Outline Teori
dan Soal-Soal Genetika. Jakarta: Erlangga.
Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
Tjan, Kiauw Nio.
1990. Genetika Dasar. Bandung: ITB
Press.
Yatim, Wildan.
1986. Genetika. Bandung: Tarsito.
0 komentar:
Posting Komentar